Sambil membakar sate, Pino bercerita tentang upayanya membuka warung di penghujung tahun 2019.
Pengalaman 15 tahun bekerja di industri restoran di London termasuk di sejumlah insitusi bergengsi, mendorongnya untuk mencoba membuka usaha sendiri.
Keahliannya membakar sate di atas arang dan menghidangkannya, ia tunjukkan di depan otorita Campden Market sebagai persyaratan untuk mendapatkan izin berjualan masakan Indonesia di lokasi yang dikunjungi ribuan orang setiap hari, terutama pada akhir pekan.
Pino bercerita, ia memulai dengan kedai kecil tanpa bangku dan para pelanggan menyantap sambil berdiri di seputar kios-kios yang berjejer.
Namun, usaha yang baru dimulai di penghujung 2019 itu, terhantam pandemi. Inggris menerapkan lockdown ketat,
"Lockdown pertama (Maret-Juli 2020), saya bisa buka tapi dengan take away. Di situ saya mulai berusaha bagaimana caranya agar bisnis saya bisa bertahan. Jadi saya kontak jasa makanan online seperti Uber Eats dan Deliveroo," kata Pino.
Karantina wilayah di Inggris diterapkan beberapa kali sejak Maret 2020. Kondisi mulai dilonggarkan kembali pada Juli 2021, dengan dibukanya restoran, pub dan berbagai tempat umum lain.
Pada petengahan tahun lalu, Pino pindah lokasi ke tempat yang lebih besar dengan kursi dan meja untuk pelanggan, tak jauh dari kedai pertamanya.
Saat BBC News Indonesia berkunjung, ada dua pelanggan yang sempat kami tanyakan apa yang mereka suka.
"Saya pernah ke Bali tiga tahun lalu. Rasa masakan di sini sama dengan yang pernah saya rasakan, enak sekali," kata seorang perempuan muda yang datang bersama ibunya.
Sementara seorang pemuda yang minta sambal banyak ke Pino dan mengaku sebagai pelanggan tetapnya mengatakan, "Saya biasa pesan Nasi Padang dengan rendang... juga sayur nangka. Warung ini tempat masakan terenak yang pernah saya coba."
Baca juga: WNI Jual Martabak Terang Bulan di New York, Laris Manis Diserbu Pembeli
Dalam dua tahun terakhir ini, kata Pino, pengamatan soal pelanggannya adalah "60 persen orang Indonesia, selebihnya orang lokal. Jadi untuk orang Indonesia sendiri yang lebih banyak mereka pesan adalah Nasi Padang, bakso, gado-gado, mie ayam. Dan yang orang lokal banyak pesan rendang daging dan sate ayam."
Pino mengatakan salah satu tantangan terbesar adalah tingginya biaya, baik untuk operasional ataupun sewa.
"Untuk satu tahun rental itu sebesar antara 60.000-100.000 pounds (Rp1,16 miliar-Rp1,93 miliar). Plus semua keperluan di dapur seperti kompor, peralatan masak, dan segala macam."