Pertanyaannya sekarang, seberapa jauh Rusia akan beraksi. Presiden Biden memperingatkan, invasi skala besar akan mengakibatkan bencana bagi Rusia.
Tapi jika serangan ini hanya kecil semata, dia berkata, negara-negara Barat akan "saling ribut soal apa yang harus dilakukan".
Gedung Putih menekankan, gerakan apapun yang melewati perbatasan akan dihitung sebagai invasi - namun juga memperingatkan bahwa Rusia memiliki persenjataan lain, termasuk serangan siber dan taktik paramiliter.
Pentagon menuduh Rusia menyiapkan apa yang disebut operasi bendera-palsu, di mana anggotanya akan menyabotase pemberontak yang dibeking Rusia, sehingga ada alasan untuk invasi. Rusia menyangkal tuduhan ini.
Rusia juga telah membagikan 500.000 paspor kepada orang-orang yang tinggal di wilayah yang dikuasai para pemberontak, sehingga jika mereka tidak mendapatkan kemauannya, Rusia dapat membenarkan aksi mereka dengan alasan melindungi warga negaranya.
Tapi jika tujuan utama Rusia adalah untuk mengusir NATO dari wilayahnya, Rusia sepertinya akan gagal.
Sebanyak 30 negara anggota NATO menolak permintaan Rusia. "Kami tidak akan membiarkan siapapun menutup pintu pada kebijakan pintu terbuka NATO," kata Wakil Menteri Dalam Negeri AS Wendy Sherman.
Ukraina menginginkan garis waktu yang jelas untuk bergabung dengan NATO, dan lembaga ini berkata Rusia "tidak punya veto, tidak berhak menggangu proses ini".
Baca juga: Sejarah Konflik Rusia-Ukraina, dari Crimea hingga Jersey Euro 2020
AS telah dengan jelas menyatakan tidak akan mengirim pasukan untuk berperang membantu Ukraina, namun di sisi lain, mengaku berkomitmen membantu Ukraina mempertahankan "wilayah kedaulatannya".
Alat utama untuk melakukannya adalah ancaman sanksi internasional dan bantuan militer berupa penasihat dan persenjataan.
Pukulan ekonomi yang utama adalah pemutusan koneksi sistem perbankan Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift. Ini biasanya menjadi senjata pamungkas, tapi Latvia berkata tindakan ini akan mengirim pesan kuat untuk Moskow.
Ancaman keras lainnya adalah upaya untuk menghalangi pembukaan pipa gas Nord Stream 2 milik Rusia di Jerman, dan persetujuan untuk proyek ini saat ini sedang diputuskan oleh regulator energi Jerman.
Ada pula tindakan yang terkait dengan dana kekayaan negara Rusia, RDIF, atau pembatasan penukaran mata uang rouble ke mata uang negara lain di bank-bank.
Tapi negara-negara Barat masih terbelah. Washington mengatakan berkomitmen untuk "menetapkan langkah" dengan sekutu-sekutunya, tapi ada perpecahan antara AS dan Eropa.
Para pemimpin Eropa berkeras Rusia tidak bisa begitu saja menentukan masa depan dunia bersama AS. Perancis mengusulkan supaya negara-negara Eropa bekerja bersama dengan NATO dan melakukan dialog sendiri dengan Rusia.
Presiden Ukraina menginginkan diadakan pertemuan internasional untuk memecahkan konflik ini, yang melibatkan Perancis, Jerman dan Rusia.
Baca juga: Menilik Sejarah Awal Konflik Rusia-Ukraina