Periode pembayaran pinjaman dari China biasanya juga lebih pendek - kurang dari 10 tahun, sedangkan utang konsensi dari pihak-pihak lain kepada negara-negara berkembang biasanya sekitar 28 tahun.
Pemberi utang badan usaha milik negara China juga biasanya mengharuskan peminjam menyimpan uang tunai dalam jumlah minimum yang ditetapkan di rekening luar negeri yang dapat diakses oleh pemberi utang.
"Jika pengutang gagal membayar pinjaman," kata Brad Parks, direktur eksekutif AidData, "China dapat dengan mudah menarik dana dari rekening itu tanpa harus menagih utang melalui proses hukum."
Baca juga: Pinjol Menjamur di Kenya: Tak Bisa Bayar Utang, Warga Akan Dibuat Malu
Pendekatan ini jarang digunakan oleh pemberi pinjaman dari Barat.
Pada masa sekarang terdapat prakarsa negara-negara G20 - kelompok negara-negara dengan perekonomian terbesar dan pertumbuhan paling cepat- untuk menawarkan keringanan utang kepada negara-negara miskin untuk membantu mengatasi dampak pandemi.
China telah mengikuti prakarsa itu dan mengatakan pihaknya telah menyumbangkan pembayaran utang terbanyak dari semua negara yang terlibat dalam prakarsa ini.
Bank Dunia mengatakan sejak Mei 2020, lebih dari 10,3 miliar dollar AS telah diberikan oleh G20 dalam bentuk keringanan utang berdasarkan skema tersebut.
Ketika diminta memberikan rincian per negara, Bank Dunia mnegaku tidak bisa memberikan informasi yang diminta.
Baca juga: Warga Afghanistan Terpaksa Menjual Anak Perempuan Mereka karena Jatuh Miskin dan Punya Banyak Utang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.