NUR-SULTAN, KOMPAS.com – Kazakhstan semakin mendapat sorotan internasional setelah mengumumkan keadaan darurat di ibu kota, sejumlah kota utama, dan sejumlah provinsi pada Rabu (5/1/2021).
Keadaan darurat diterapkan di sana setelah Kazakhstan diguncang aksi protes berskala besar hingga pengunjuk rasa membakar sejumlah gedung publik.
Aksi unjuk rasa terburuk dalam 10 tahun terakhir di Kazakhstan dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar gas yang tajam di sana.
Melansir Reuters, berikut enam fakta mengenai Kazakhstan.
Baca juga: Demo Kazakhstan Ricuh, Polisi Bunuh Puluhan Pengunjuk Rasa
Kazakhstan adalah negara yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak, gas, dan logam. Negara ini merupakan negara dengan perekonomian terbesar bekas Uni Soviet di Asia Tengah.
Kazakhstan juga merupakan negara terbesar dari lima pecahan Uni Soviet di Asia Tengah berdasarkan wilayah, atau sekitar lima kali ukuran Perancis, dan memiliki populasi hampir 19 juta jiwa.
Kazakhstan meraih stabilitas politik di bawah mantan pemimpin Nursultan Nazarbayev.
Di masa pemerintahan Nazarbayev, Kazakhstan telah menarik investasi asing senilai ratusan miliar dolar AS.
Namun, sebagian besar perekonomian negara diyakini dikendalikan oleh keluarga Nazarbayev.
Baca juga: Kazakhstan Umumkan Kondisi Darurat, 8 Aparat Tewas, Presiden Minta Bantuan Aliansi Rusia
Nazarbayev memimpin Kazakhstan merdeka dari Uni Soviet pada 1991 dan menjadi penguasa terlama dari negara bekas Uni Soviet mana pun.
Dia mengundurkan diri pada 2019 untuk memberi jalan bagi penggantinya yang dipilih sendiri, Kassym-Jomart Tokayev.
Ibu kota baru Kazakhstan dibangun khusus dan diberi nama Nur-Sultan, dinamai menurut nama depan Nazarbayev.
Baca juga: Dilanda Protes Besar, Kabinet Pemerintah Kazakhstan Mengundurkan Diri
Kazakhstan merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Negara ini juga merupakan pusat tarik-menarik geopolitik antara Rusia, China, dan Barat.
Kazakhstan secara historis memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan etnis Rusia membentuk hampir seperlima dari populasi negara.
Berbagai kelompok hak asasi manusia telah lama mengkritik Kazakhstan atas sistem politiknya yang otoriter, kurangnya kebebasan berpendapat, serta kurangnya pemilihan umum yang terbuka dan adil.
Nazarbayev terpilih kembali pada 2015 untuk masa jabatan presiden kelima dengan hampir 98 persen suara.
Baca juga: Kunker ke Kazakhstan bareng Bappenas, DPR Dinilai Tak Jadi Teladan Publik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.