Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afrika Selatan Mengeluh "Dihukum" karena Temukan Varian Covid-19 Omicron

Kompas.com - 28/11/2021, 07:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

PRETORIA, KOMPAS.com - Pemerintah Afrika Selatan mengeluh mereka merasa dihukum karena menemukan varian baru Covid-19, Omicron.

Pernyataan itu disampaikan kementerian luar negerinya menyikapi kebijakan negara-negara yang membatasi perjalanan dari dan ke Afrika bagian selatan.

Berdasarkan penelitian awal, varian Covid-19 Omicron ini mempunyai kemampuan menginfeksi yang sangat tinggi.

Baca juga: Inggris, Jerman dan Italia Laporkan Temuan Kasus Varian Omicron, Israel Tutup Total Perbatasan

Pada Jumat (26/11/2021), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian terbaru itu akan mereka monitor secara khusus.

Dilansir BBC Sabtu (27/11/2021), sejumlah kasus yang disebabkan Omicron kini mulai ditemukan di berbagai penjuru Eropa.

Di antaranya dua di Inggris, dua di Jerman, satu di Belgia, dan satu lagi di Italia. Sementara saspek ditemukan di Ceko.

Israel, di mana varian baru tersebut terkonfirmasi, kini mempertimbangkan melarang warga asing datang selama 14 hari ke depan.

Varian Omicron itu pertama kali dilaporkan ke WHO pada 24 November, dan sempat disebut sebagai varian Botswana.

Baca juga: Terus Bertambah, 4 Negara Sudah Laporkan Varian Covid-19 Omicron

"Penerapan sains yang mengagumkan"

Pemerintah Afrika Selatan pada pernyataan resminya melayangkan kritik terhadap pengetatan kedatangan internasional yang diterapkan negara lain.

"Penerapan sains yang mengagumkan seharusnya diapresiasi, bukannya malah dihukum seperti ini," keluh mereka.

Pretoria menuding, pengetatan tersebut merupakan hukuman kepada mereka karena berhasil mengidentifikasi varian virus corona dengan cepat.

Afrika Selatan mengeluh, sikap negara-negara di dunia itu berbeda ketika varian sebelumnya ditemukan di tempat lain.

Sementara pejabat Uni Afrika (AU) mengatakan, negara berkembang selalu disalahkan jika ada varian baru yang berkembang.

Wakil Ketua Aliansi Vaksin AU Ayoade Alakija berkata, berkembangnya Omicron adalah hal yang tidak bisa dihindari.

Baca juga: Covid-19 Varian Omicron, Daftar 12 Negara yang Tutup Kedatangan dari Afrika

Dia menjelaskan munculnya galur itu merupakan kegagalan dunia dalam menyediakan vaksin secara cepat dan adil.

Ini hasil karena vaksin lebih banyak diberikan kepada negara kaya. Sejujurnya, ini sulit diterima," ucap Alakija.

Dia berujar pengetatan perjalanan dari Afrika adalah keputusan politik, tidak didasari oleh pertimbangan sains.

"Mengapa mereka sampai menutup Afrika jika virusnya saja sudah ditemukan di tiga benua?" sindir Alakija.

Pakar kesehatan top Inggris menuturkan, vaksin hampir bisa dipastikan akan kurang efektif berhadapan dengan virus berkode B.1.1.529 ini.

Baca juga: Varian Baru B.1.1.529 Omicron 500 Persen Lebih Menular dari Virus Aslinya

Meski begit, Profesor James Naismith dari Universitas Oxford menegaskan ditemukannya varian ini bukanlah akhir dari segalanya.

Dr Angelique Coetzee, kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan mengemukakan, kasus yang sejauh ini ditemukan tidak parah.

Dia menerangkan para pasien dilaporkan mengeluh mengalami tubuh pegal dan kelelahan yang begitu luar biasa.

"Kami melihatnya pada generasi muda, bukan orang tua. Kami tak berbicara tentang pasien yang harus segera dirawat di rumah sakit," ujar dia.

Namun, dia menekankan laporan tersebut masih dalam tahap awal sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menegaskannya.

Sementara pakar infeksi menular AS, Dr Anthony Fauci, masih yakin vaksin akan membantu menghindarkan pasien dari tingkat keparahan tinggi.

Baca juga: Varian Baru Omicron dari Afrika Selatan, Mengapa Mengkhawatirkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com