Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban: Artis Wanita Afghanistan Tak Boleh Tampil di Sinetron Televisi

Kompas.com - 22/11/2021, 07:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

 

KABUL, KOMPAS.com - Otoritas Taliban Afghanistan pada Minggu (21/11/2021) mengeluarkan "pedoman agama" baru yang meminta saluran televisi negara itu untuk berhenti menayangkan drama atau sinetron yang menampilkan artis wanita.

Dalam arahan pertama kepada media Afghanistan yang dikeluarkan oleh Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, Taliban juga meminta jurnalis televisi perempuan untuk mengenakan jilbab Islami saat melaporkan berita mereka.

Baca juga: Taliban Mulai Bayar Gaji Pegawai Pemerintah Afghanistan yang Tertunggak

Saluran tersebut juga diminta untuk tidak menayangkan film atau program yang menampilkan Nabi Muhammad atau tokoh lain yang dihormati.

Pedoman baru ini disebut menyerukan pelarangan film atau program yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan Afghanistan.

''Ini bukan aturan tapi ‘pedoman agama' (Taliban)," kata juru bicara kementerian Taliban Hakif Mohajir kepada AFP dilansir Senin (22/11/2021).

Arahan baru itu beredar luas pada Minggu malam di jaringan media sosial.

Meskipun bersikeras mereka akan memerintah lebih moderat kali ini, Taliban telah memperkenalkan aturan yang bahkan mengatur pakaian apa yang bisa wanita bisa pakai di universitas.

Taliban juga dilaporkan memukuli dan melecehkan beberapa wartawan Afghanistan meskipun berjanji untuk menegakkan kebebasan pers.

Seorang wanita Afghanistan meninggalkan rumah ibadah Syiah di lingkungan yang didominasi Hazara sementara dua pria berjaga di Kabul, Afghanistan, Selasa, 9 November 2021.AP PHOTO/BRAM JANSSEN Seorang wanita Afghanistan meninggalkan rumah ibadah Syiah di lingkungan yang didominasi Hazara sementara dua pria berjaga di Kabul, Afghanistan, Selasa, 9 November 2021.

Baca juga: Taliban Minta Amerika Serikat Bebaskan Aset Afghanistan yang Dibekukan

‘Pedoman agama’ Taliban untuk jaringan TV muncul setelah dua dekade pertumbuhan eksplosif dalam media independen Afghanistan, di bawah pemerintah yang didukung Barat, yang memerintah negara itu hingga 15 Agustus, ketika kelompok militan itu kembali berkuasa.

Puluhan saluran televisi dan stasiun radio didirikan dengan bantuan Barat dan investasi swasta segera setelah Taliban digulingkan pada 2001.

Selama 20 tahun terakhir, saluran televisi Afghanistan menawarkan berbagai program -- dari kompetisi menyanyi gaya "American Idol" hingga video musik, bersama dengan beberapa drama atau sinetron Turki dan India.

Ketika Taliban sebelumnya memerintah dari 1996 hingga 2001, tidak ada media Afghanistan untuk dibicarakan. Mereka melarang televisi, film, dan sebagian besar bentuk hiburan lainnya, menganggapnya tidak bermoral.

Orang-orang yang tertangkap menonton televisi menghadapi hukuman, termasuk set elektronik mereka akan dihancurkan. Kepemilikan pemutar video dapat menyebabkan cambukan publik.

Saat itu, hanya ada satu stasiun radio, Voice of Sharia, yang menyiarkan propaganda dan program-program Taliban.

Baca juga: Taliban Serbu Persembunyian ISIS-K di Afghanistan Selatan, 4 Milisi Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com