Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Warga Sipil Tewas Ditembak Militer dalam Protes Nasional Anti-kudeta Sudan

Kompas.com - 31/10/2021, 12:14 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

KHARTOUM, KOMPAS.com - Pasukan keamanan Sudan kembali menembaki warga sipil selama protes nasional menolak kudeta pada Sabtu (30/10/2021), mengakibatkan 3 orang tewas.

Komite Dokter Pusat mengatakan 3 pengunjuk rasa anti-kudeta Sudan dibunuh oleh pasukan keamanan di kota Omdurman di ibu kota Khartoum selama protes nasional setelah kudeta militer.

Sejauh ini, sedikitnya ada 13 warga tewas oleh serangan pasukan keamanan, dan beberapa aktivis pro-demokrasi ditahan. Penentang pemerintah militer takut akan tindakan keras penuh dan lebih banyak pertumpahan darah.

Baca juga: Kudeta Sudan: Panglima Militer Pecat 6 Duta Besar

Sementara polisi Sudan membantah menembak para pengunjuk rasa, dan mengatakan di TV pemerintah bahwa seorang polisi menderita luka tembak, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (30/10/2021).

Para warga sipil membawa bendera Sudan dan meneriakkan “Pemerintahan militer tidak dapat dipuji” dan “Negara ini milik kami, dan pemerintah kami adalah warga sipil” saat massa anti-kudeta Sudan berbaris di lingkungan sekitar ibu kota.

Para pengunjuk rasa anti-kudeta Sudan telah menyerukan untuk militer mengambalikan pemerintahan ke jalan demokrasi dan menolak tindakan militer dan menuntut pembebasan tahanan.

Menurut TV Sudan, pasukan keamanan menutup sebagian besar jalan dan jembatan utama di Khartoum, kecuali jembatan Halfaya dan Soba.

Orang-orang juga turun ke jalan di kota-kota di Sudan tengah, timur, utara, dan barat. Kerumunan membengkak hingga ratusan ribu orang di Khartoum, kata seorang saksi mata Reuters.

Baca juga: Kudeta Militer Sudan Berlanjut Protes, 1.300 WNI Akan Dievakuasi Jika Kondisi Memburuk

“Rakyat telah menyampaikan pesan mereka, bahwa mundur tidak mungkin dan kekuasaan adalah milik rakyat,” kata salah satu pengunjuk rasa Haitham Mohamed.

“Ini telah menjadi salah perhitungan sejak awal dan kesalahpahaman tentang tingkat komitmen, keberanian, dan kepedulian jalanan tentang masa depan Sudan,” kata Jonas Horner dari International Crisis Group.

Menteri kabinet yang ditunjuk warga sipil mendukung protes nasional dalam sebuah pernyataan, dan mengatakan militer “tidak akan menemukan Sudan yang bebas atau kekuatan revolusioner demokratis sejati untuk menjadi mitra mereka dalam kekuasaan.”

Di Khartoum tengah pada hari protes nasional Sabtu (30/10/2021) ada pengerahan militer besar-besaran dari pasukan bersenjata yang termasuk tentara dan Pasukan Pendukung Cepat paramiliter.

Para pasukan keamanan itu dikerahkan untuk mengahadapi puluhan ribu massa yang menuntut kudeta diakhiri dan pemulihan pemerintahan yang dipimpin sipil.

Baca juga: Setelah Ditahan di Rumah Pemimpin Kudeta, PM Sudan Dibebaskan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com