RIYADH, KOMPAS.com - Arab Saudi menarik duta besarnya untuk Lebanon dan memberi waktu 48 jam untuk utusan Beirut meninggalkan Riyadh, pada Jumat (29/10/2021).
Hal itu terjadi setelah terdengar pernyataan "penghinaan" yang dibuat oleh seorang menteri Lebanon tentang keterlibatan Arab Saudi dalam perang Yaman.
Keputusan kelas berat regional dari Arab Saudi itu disertai dengan perintah penghentian semua impor dari Lebanon, yang berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak pertengahan abad ke-19, menurut Bank Dunia.
Baca juga: Jet Pribadi dari Israel untuk Pertama Kalinya Mendarat di Arab Saudi
Keputusan Arab Saudi diumumkan oleh pihak Kementerian Luar Negeri, "pemanggilan duta besar di Lebanon untuk konsultasi, dan keberangkatan duta besar Lebanon untuk kerajaan dalam waktu 48 jam", atas pernyataan "penghinaan" yang dibuat minggu ini oleh menteri informasi Lebanon.
Kemudian dikatakan bahwa Kerajaan Teluk "memutuskan untuk menghentikan semua impor Lebanon", dengan alasan "keamanan kerajaan dan rakyatnya", seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (29/10/2021).
Riyadh menyesalkan memburuknya hubungan dengan Lebanon dan mengatakan "langkah lebih lanjut" akan diambil terhadap Beirut, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati bereaksi cepat, mengatakan dia "menyesali" langkah Saudi.
"Kami sangat menyesal atas keputusan kerajaan dan berharap itu akan mempertimbangkan kembali. Adapun kami, kami akan terus bekerja untuk menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan," kata Najib Mikati.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada Rabu telah memanggil duta besar Lebanon atas kritik Menteri Informasi George Kordahi terhadap koalisi militer pimpinan Riyadh yang memerangi pemberontak di Yaman.
Bahrain pada Jumat juga mengusir duta besar Lebanon, memberi utusan itu 48 jam untuk pergi.
Baca juga: Arab Saudi Sulap Anjungan Minyak Lepas Pantai Mangkrak Jadi Wahana Permainan Ekstrem
Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa pemberontak Houthi yang didukung Iran "membela diri...melawan agresi eksternal".
Ia menambahkan berkata bahwa "rumah, desa, pemakaman, dan pernikahan dibom" oleh koalisi.
Dalam wawancara yang direkam pada Agustus, tetapi ditayangkan pada Senin (25/10/2021), Kordahi juga menyebut perang 7 tahun di Yaman "sia-sia" dan mengatakan "saatnya untuk mengakhiri".
Pernyataan menteri Lebanon itu memicu amarah anggota koalisi militer, terutama Arab Saudi.
Hubungan Arab Saudi dan Lebanon telah renggang dalam beberapa tahun terakhir, karena Riyadh marah dengan pengaruh kelompok Hezbollah yang didukung oleh saingan regionalnya, Iran.