Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mohib Ullah, Pemimpin Terkemuka Rohingya Ditembak Mati, Kelompok Ekstrmis Diduga Terlibat

Kompas.com - 30/09/2021, 17:51 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

DHAKA, KOMPAS.com - Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyerukan penyelidikan segera, setelah Mohib Ullah, pemimpin terkemuka Rohingya ditembak mati di kamp pengungsi Bangladesh, setelah berbulan-bulan memburuknya kekerasan di pemukiman tersebut.

Mohib Ullah, yang merupakan ketua Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia (ARPSH), dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada Rabu (29/9/2021) malam melansir Guardian.

Baca juga: Tanah Longsor Bangladesh: 10.000 Pengungsi Rohingya Dievakuasi, 14 Orang Tewas

Menurut polisi, ketika itu dia tengah berbicara dengan para pemimpin komunitas lainnya di luar kantornya.

Mohib Ullah adalah advokat terkemuka untuk Rohingya, kelompok minoritas yang telah lama menderita akibat penganiayaan di Myanmar.

Setelah menjadi sasaran tindakan keras militer brutal pada 2017, ratusan ribu orang Rohingya terpaksa mencari perlindungan di seberang perbatasan di Bangladesh.

Mohib Ullah mendokumentasikan pelanggaran yang dilakukan oleh militer Myanmar, dan berkampanye untuk perlindungan yang lebih besar bagi para pengungsi.

Dia juga berbicara di tingkat internasional tentang hak-hak Rohingya, melakukan perjalanan ke Gedung Putih untuk bertemu mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dan berbicara di Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC) pada 2019.

“Bayangkan Anda tidak memiliki identitas, tidak ada etnis, tidak ada negara. Tidak ada yang menginginkanmu. Bagaimana perasaan Anda? Inilah yang kami rasakan hari ini sebagai Rohingya…,” ujarnya dalam pidatonya kepada UNHRC ketika itu.

Baca juga: 1000 Lebih Pengungsi Rohingya di Bangladesh Terserang Wabah Diare, 4 Orang Tewas

Saat itu, dia juga mengungkapkan genosida sistematis di Myanmar yang dialami kelompoknya selama beberapa dekade.

Menurutnya, warga Rohingya telah kehilangan kewarganegaraan, tanah, dan masjid sebagai tempat beribadah mayoritas warganya juga dihancurkan.

“Tidak ada perjalanan, tidak ada pendidikan tinggi, tidak ada perawatan kesehatan, tidak ada pekerjaan … Kami tidak tanpa kewarganegaraan. Berhenti memanggil kami seperti itu. Kami memiliki negara. Yakni Myanmar,” tegasnya pada pertemuan 2019.

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhannya. Tetapi seorang pemimpin Rohingya mengeklaim Ullah dibunuh oleh kelompok ekstremis Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang berada di balik beberapa serangan terhadap pos keamanan Myanmar dalam beberapa tahun terakhir.

“Ini adalah ulah ARSA,” katanya kepada AFP.

Sebuah kuburan sedang disiapkan untuk menguburkan Mohib Ullah, perwakilan internasional pengungsi etnis Rohingya, di kamp pengungsi Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, Kamis, 30 September 2021. AP PHOTO/SHAFIQUR RAHMAN Sebuah kuburan sedang disiapkan untuk menguburkan Mohib Ullah, perwakilan internasional pengungsi etnis Rohingya, di kamp pengungsi Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, Kamis, 30 September 2021.

Baca juga: Viral di Internet, Gerakan Anti-junta Militer Myanmar Dukung Rohingya

Sudah lama diincar

Mohib Ullah, yang mengkritik kekerasan di kamp-kamp, telah diancam oleh berbagai kelompok bersenjata.

Yasmin Ullah, seorang aktivis hak-hak Rohingya, mengatakan bahwa lembaga-lembaga telah diperingatkan berkali-kali bahwa Mohib Ullah tidak aman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com