Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Dilanda Krisis Energi, Listrik Warga Dijatah dan Pabrik Terpaksa Tutup

Kompas.com - 30/09/2021, 11:47 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China memberi tahu perusahaan kereta api dan otoritas lokal untuk mempercepat pasokan batu bara vital ke pembangkit listrik, saat ekonomi terbesar kedua di dunia itu bergulat dengan pemadaman listrik ekstensif yang telah melumpuhkan produksi industri di wilayah utama.

Sebanyak 20 provinsi diyakini mengalami krisis sampai taraf tertentu, dengan pabrik-pabrik tutup sementara atau bekerja dengan waktu kerja yang pendek.

Baca juga: Sudah Antre 7 Jam, Mobil Mewah Cristiano Ronaldo Tidak Kebagian Bensin akibat Inggris Krisis BBM

Pemilik toko dibiarkan beroperasi menggunakan lilin. Ada juga laporan jaringan seluler mengalami masalah, setelah pemadaman tiga hari melanda tiga provinsi timur laut.

Kewaspadaan meningkat di antara penduduk dalam masa krisis listrik, yang kini memasuki minggu kedua.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), sebagai perencana pemerintahan secara resmi mendesak perencana ekonomi lokal, administrasi energi dan perusahaan kereta api, untuk meningkatkan transportasi batubara.

Tujuannya, untuk memenuhi permintaan selama musim dingin, mengingat “Negeri Tirai Bambu” sebagai konsumen energi bertenaga batu bara terbesar di dunia.

“Setiap perusahaan kereta api harus memperkuat transportasi batubara ke pembangkit listrik dengan persediaan kurang dari tujuh hari, dan meluncurkan mekanisme pasokan darurat tepat waktu,” kata NDRC melansir Guardian pada Rabu (29/9/2021).

Baca juga: Krisis Bahan Bakar Inggris, PM Inggris Perintahkan Tentara Siaga

Menurut South China Morning Post, mengutip analisis Sinolink Securities, melaporkan bahwa stok batu bara yang digunakan untuk menghasilkan listrik, dipegang oleh enam kelompok pembangkit listrik terbesar di negara itu.

Namun saat ini stoknya mencapai rekor terendah hanya 11,31 juta ton per 21 September, yang hanya cukup untuk menghasilkan listrik selama 15 hari.

Penyebab krisis energi China

Krisis energi didorong oleh serangkaian faktor kompleks yang tumpang tindih, hingga menciptakan badai yang sempurna kepada ekonomi China, yang 56 persen kekuatannya bergantung pada batu bara.

Mencoba mengurangi emisinya untuk menjadi netral karbon pada 2060, ekonomi China tertinggal dalam meningkatkan efisiensi energi, bahkan ketika produksi batu bara melambat karena peraturan baru.

Alasan lainnya adalah kembalinya permintaan barang dari pabrik-pabrik China .karena dunia yang mulai dibuka kembali setelah pandemi Covid-19. Faktor eksternal itu telah membuat produksi batu bara tidak dapat memenuhi permintaan energi dari pabrik.

Baca juga: Pembiayaan Energi Terbarukan Butuh Dukungan Kebijakan Nyata Pemerintah

Selain itu, harga batubara termal berjangka di China mencapai level tertinggi sepanjang masa 212,92 dollar AS (Rp 3 juta) per ton pada Rabu (29/9/2021).

Kenaikan harga itu memberikan tekanan lebih lanjut pada pembangkit listrik yang tidak dapat menutup biaya bahan bakar tambahan.

Menurut sebuah makalah analisis oleh S&P Global pada Rabu (29/9/2021), krisis energi China tersebut diperburuk oleh upaya Beijing untuk campur tangan dalam "akar masalah".

Menurut analisis S&P Global, langkah-langkah terbaru China membatasi konsumsi energi banyak disalahkan karena menyebabkan krisis listrik saat ini.

Pembatasan tersebut kemungkinan besar memicu masalah yang menumpuk selama berbulan-bulan, seputar melonjaknya harga bahan bakar dan kekurangan batu bara.

Kompleksitas kebijakan itu menyoroti sulitnya menerapkan kebijakan energi dalam konteks ekonomi China yang besar, dengan banyak bagian yang bergerak.

Baca juga: Kekeringan Parah Ancam Pasokan Listrik, Warga Brasil Diminta Berhenti Gunakan Lift dan Mandi Air Dingin

Runtuhnya seluruh jaringan

Masalah paling akut dialami tiga provinsi timur laut Liaoning, Jilin, dan Heilongjiang. Otoritas lokal di Shenyang, ibu kota provinsi Liaoning, memperingatkan "runtuhnya seluruh jaringan" jika listrik tidak dijatah.

“Jika ada pemadaman listrik di musim dingin maka pemanas juga akan berhenti,” kata Fang Xuedong, 32 tahun, seorang sopir pengiriman di Shenyang, sekitar 90 menit penerbangan ke timur laut Beijing.

"Saya punya anak dan orang tua di rumah, jika tidak ada pemanas maka itu akan jadi masalah."

China, konsumen batubara terbesar dunia mengimpor total 197,69 juta ton batubara dalam delapan bulan pertama 2021. Namun penjualan itu sudah turun 10 persen dari tahun ke tahun.

Ada pun impor batubara Agustus yang naik lebih dari sepertiga terjadi karena pasokan domestik yang ketat.

Pejabat minggu ini berulang kali berusaha meyakinkan orang akan ada listrik untuk keperluan rumah tangga dan pemanas, saat musim dingin mendekat.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Taliban Temukan Gudang Berisi Senjata Canggih AS | Pria China Coba Bayar Restoran dengan Follower yang Hanya 217

Tetapi sejak minggu lalu, penjatahan listrik telah diterapkan selama jam sibuk di banyak bagian timur laut China.

Laporan berita dan unggahan media sosial menunjukkan pemadaman lampu lalu lintas hingga jaringan komunikasi 3G di wilayah tersebut.

China sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga listrik industri untuk meredakan krisis pasokan, menurut laporan Bloomberg pada Rabu (29/9/2021), mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

NDRC mengatakan pada hari yang sama, bahwa pemerintah tidak akan mempertahankan harga listrik pada kisaran yang wajar, dan akan membiarkan mereka mencerminkan fundamental pasar dan perubahan biaya.

Pembatasan juga terus mempengaruhi industri berat, seperti produksi logam, dan produsen.

Dokumen internal dari pembuat komponen teknologi besar di China yang ditinjau oleh Reuters mengatakan lebih dari setengah produksi hariannya di Kunshan, di provinsi industri timur Jiangsu, ditangguhkan sejak awal pekan ini.

Sementara itu di Foshan, di provinsi Guangdong yang ramai di China selatan, perusahaan hanya diizinkan berproduksi larut malam dan dini hari, dari pertengahan hingga akhir September, menurut dokumen tersebut, yang mengatakan produsen "diterjang" dengan pembatasan baru.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com