Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasanya Hidup di Negara Gagal, Cerita dari Warga Lebanon

Kompas.com - 27/09/2021, 18:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

Selama tiga bulan, dia tidak dapat menemukan susu formula untuk putrinya yang berusia 11 bulan, Maghriya.

“Dari Batroun ke Byblos dan kembali ke Beirut, saya mengemis di setiap apotek untuk satu kaleng susu formula,” kata Kouymoudjian, yang dokternya menyarankannya menggunakan susu formula khusus setelah Maghriya mengalami sembelit.

Putus asa, Kouymoudjian menerbitkan sebuah unggahan untuk menukar paket formulanya di grup Facebook bernama LibanTroc. Semakin banyak orang mengunakan group itu untuk menukar barang yang mereka butuhkan.

Zeina Matar, seorang ibu hamil, mengku tidak mau panik mencari susu dan telah menyetok selama trimester terakhirnya.

“Teman-teman yang datang dari luar negeri membawakan saya beberapa kaleng,” katanya.

Baca juga: Antre Berjam-jam demi Bahan Bakar, Warga Lebanon Ramai-ramai Shalat di Pom Bensin

Tak punya kertas

Krisis lainnya mengganggu kemampuan masyarakat untuk memproses dokumen hukum, seperti paspor yang perlu diperbarui untuk perjalanan.

Selama berbulan-bulan, lembaga negara, kementerian dan notaris menderita kekurangan kertas dan stempel resmi untuk transaksi, tagihan, dan pemrosesan dokumen hukum.

Kekurangan ini bahkan membuat ribuan transaksi resmi dihentikan, merampas pendapatan perbendaharaan jutaan dollar.

Orang-orang menghadapi penundaan atau terpaksa membeli kertas A4 dan stempel resmi di pasar gelap agar dokumen mereka bisa diproses.

Seorang pengacara yang berbasis di Beirut mengatakan tidak dapat membayar denda klien selama berbulan-bulan, karena kantor penerima kehabisan kertas dan tidak dapat mengeluarkan tanda terima.

Baca juga: Tangki Bahan Bakar Ilegal Meledak di Lebanon, 28 Tewas 79 Luka-luka

Mahalnya kebutuhan pokok

Selama beberapa dekade, Lebanon mengandalkan impor barang-barang penting seperti bahan bakar, obat-obatan, dan produk makanan.

Untuk mengatasi kekurangan yang melumpuhkan, pemerintah memutar kembali subsidi untuk barang-barang tertentu.

Ketika subsidi dicabut, biaya bahan pokok seperti beras dan kacang-kacangan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam satu tahun dan harga bahan bakar melonjak karena ketergantungan pada impor dan krisis likuiditas yang semakin dalam.

Sejak 2019, pound atau lira Lebanon, yang dipertahankan oleh bank sentral pada kurs resmi 1.500 terhadap dollar AS (kedua mata uang tersebut digunakan di Lebanon), kehilangan lebih dari 90 persen nilai jalanannya, melampaui 20.000 terhadap dollar dalam Juli.

Kebanyakan orang mendapatkan dan membelanjakan uang dalam mata uang lokal, yang nilai pasar gelapnya berfluktuasi setiap hari.

Makanan pokok seperti roti pipih pita dan air kemasan lebih sulit ditemukan, dan banyak rak supermarket kosong.

Muncul dari antrean panjang di sebuah toko roti di lingkungan Nabaa yang padat penduduk di Beirut, Jana Chiban terlihat bingung dengan anaknya menangis dalam gendongannya.

“Saya sudah mengantre berjam-jam, dan saya hanya mendapat satu bungkus roti,” kata ibu tiga anak ini.

Baca juga: Pertama dalam 7 Tahun, Jet Tempur Israel Serang Wilayah Lebanon

Berkeliling mencari lisrtik

Di distrik Hamra pusat Beirut, Charles Semaan, seorang copywriter berusia 36 tahun, menghabiskan hari-harinya menjelajahi lingkungannya untuk mencari kafe dengan listrik untuk bekerja dengan laptop dan mengisi daya ponselnya.

Semua jaringan utama, GPS, telekomunikasi, lampu lalu lintas, sistem air, bergantung pada listrik yang stabil. Pasalnya jaringan listrik Lebanon dibangun di atas tambal sulam generator, kabel, dan Electricite du Liban milik negara yang tidak layak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com