“Internet bisa menjadi pedang bermata dua,” katanya.
"Ini (internet) memberi kami kesempatan untuk menerima (informasi terbaru) CDC dan Badan Kesehatan Dunia, serta untuk berbagi informasi lebih cepat. Tetapi, itu juga berarti kami dapat menyebarkan informasi yang salah dengan cepat," terangnya.
Selama berbulan-bulan, dokter telah mencoba untuk menyanggah mitos populer yang dibagikan di media sosial, dengan mengatakan bahwa mereka sebenarnya membahayakan kesehatan masyarakat dan menahan negara.
Baca juga: Kisah Misteri Pandemi 1916, Penyakit Tidur yang Buat Banyak Orang Mati dalam Lelap
Pandemi flu Spanyol 1918 dan Covid-19 sama-sama bisa menyerang seseorang yang terlihat muda dan sehat.
"Kematian yang tinggi pada orang sehat, termasuk mereka yang berusia 20 hingga 40 tahun, adalah ciri unik dari pandemi ini," kata CDC tentang pandemi flu Spanyol 1918.
Sekitar dua pertiga dari kematian akibat pandemi 1918 terjadi di antara orang-orang berusia 18 hingga 50 tahun, kata John Barry, penulis buku 2004 "The Great Influenza: The Story of the Deadliest Pandemic in History."
"Dan usia puncak kematian adalah 28 tahun," kata Barry kepada CNN tahun lalu.
Mungkin tidak mengherankan bahwa pandemi flu Spanyol menyebar dengan cepat di antara orang dewasa muda pada 1918. Itu adalah tahun terakhir Perang Dunia I, dan banyak tentara muda berkumpul di barak.
Meskipun tidak ada perang dunia sekarang, Covid-19 telah membuktikan bahwa kaum muda masih dapat terpukul keras, bahkan jika risiko kematian mereka jauh lebih rendah.
"Kami benar-benar telah melihat, terutama dengan Covid yang lama, bahwa kaum muda jauh dari tak terkalahkan," kata Kissler.
Persamaan lainnya dari pandemi flu Spanyol 1918 dan Covid-19 adalah terlalu cepat menyepelekan ketika sesaat kasus penyakit turun.
Selama pandemi flu Spanyol 1918 ketika kasus di San Fransisco menyusut, "Ayo kita buka kota. Mari kita mengadakan parade besar di pusat kota. Kita semua akan melepas masker kita bersama-sama," kata ahli epidemiologi Dr Larry Brilian.
"Dua bulan kemudian, karena peristiwa itu, influenza hebat kembali lagi merebak."
Di sisi lain Amerika Serikat, Philadelphia mengalami nasib serupa.
Meskipun 600 pelaut dari Philadelphia Navy Yard terkena virus pada September 1918, kota itu tidak membatalkan parade yang dijadwalkan pada 28 September 1918.