Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulik Kekayaan VOC di Masa Jayanya, Apple hingga Amazon Kalah

Kompas.com - 21/09/2021, 13:13 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Dibanding VOC, perusahaan seperti Apple, Facebook, dan Google tak memiliki apa-apa.

Ini adalah fakta sejarah, dengan bukti yang tak mengada-ada.

Dilansir Dutch Review, The Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), atau lebih dikenal sebagai perusahaan Hindia Timur Belanda, didirikan pada tahun 1602.

Mereka berkantor pusat di Oost-Indisch Huis di pusat kota Amsterdam.

Baca juga: Tujuan Belanda Membentuk VOC

VOC didirikan sebagai perusahaan dagang swasta yang diberikan monopoli selama dua dekade oleh pemerintah Belanda untuk perdagangan rempah-rempah, terutama di Hindia Belanda, yang sekarang dikenal sebagai Indonesia.

Jika menurut banyak orang perusahaan Amazon hemat dengan pengiriman, VOC mengirim lebih dari satu juta pelayar ke seluruh Asia, yang lebih banyak daripada gabungan seluruh Eropa.

Ini terjadi dalam waktu di mana perjalanan dari Amsterdam ke Batavia (Jakarta) akan berlangsung tidak kurang dari 8 sampai 10 bulan dan banyak kapal, atau penumpang individu, tidak akan pernah kembali.

Banyak dari awak kapal layar besar tewas dalam badai, menjadi mangsa pembajakan, atau penyakit menular.

Bepergian pada saat itu memiliki risiko yang sangat besar, tetapi begitu berada di lokasi, dengan pengetahuan dan sikap yang tepat, ada peluang besar untuk menjadi kaya.

Akibatnya, banyak yang mengambil peluang itu.

Baca juga: Pieter Both, Gubernur Jenderal VOC Pertama

Perusahaan ini juga dikenal merupakan perusahaan resmi pertama yang menerbitkan saham, yang mencapai puncaknya selama "Tulip Mania" Belanda.

Saham VOC mendorong nilai perusahaan menjadi 78 juta gulden Belanda yang sangat besar.

Ini merupakan bisnis yang cukup solid, bahkan kalau dihitung hari ini, bisa senilai 7,9 triliun dollar AS. Jumlah yang fantastis.

Pada puncaknya, VOC bernilai setara dengan gabungan Apple, Microsoft, Amazon, ExxonMobil, Berkshire Hathaway, Tencent, dan Wells Fargo.

Ini berarti bahwa perusahaan paling berharga di dunia, Apple, bernilai sekitar 11 persen dari nilai puncak VOC.

Baca juga: Mengapa JP Coen Dianggap Peletak Dasar Penjajahan VOC di Indonesia?

Itu juga bernilai, kira-kira, jumlah yang sama dengan PDB Jepang dan Jerman saat ini ditambahkan bersama-sama.

Perusahaan juga mempekerjakan 70.000 orang di seluruh dunia.

Meski begitu, VOC juga teramat jahat. Meskipun membawa kemakmuran Belanda dan berhasil menghubungkan dunia, mereka membawa penderitaan yang mengerikan bagi banyak orang.

Selama dua abad VOC melakukan apa saja untuk memastikan asetnya terlindungi dan keuntungan tinggi.

Itu termasuk perdagangan budak, penindasan kolonial, dan perlakuan buruk yang tidak masuk akal terhadap karyawan.

VOC diperkirakan telah mengangkut, atau lebih tepatnya mengungsikan sebanyak 50.000 orang dari Afrika untuk melayani atau berdagang sebagai budak di koloninya.

Baca juga: Perlawanan Etnis Tionghoa terhadap VOC

Belum lagi di Indonesia, yang juga dulu sempat menjadi korban kerakusan VOC.

Keberhasilan perusahaan perdagangan internasional seperti VOC telah selamanya menodai masa lalu kolonial Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com