Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blunder Pemilu Dini, Posisi PM Kanada Justin Trudeau Dipertaruhkan

Kompas.com - 19/09/2021, 15:06 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

TORONTO, KOMPAS.comPemilu federal Senin (20/9/2021) menjadi hidup mati bagi masa depan politik Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Alih-alih memperkuat cengkeraman politiknya, Trudeau malahan berpotensi mengalami kekalahan memalukan yang berarti kehilangan kursi PM.

Rataan survei sehari menjelang hari pemungutan suara menunjukan Partai Liberal pimpinan Trudeau bersaing sangat ketat dengan oposisi Partai Konservatif.

Baca juga: PM Kanada Diancam Dibunuh Saat Kampanye Pemilu

Liberal memimpin dengan 32,2 persen, berjarak sangat tipis dengan Konservatif yang membuntuti dengan 31.5 persen.

Pemilu yang tidak diperlukan

Pemilu parlemen Kanada ini adalah pemilu dini yang digelar dua tahun lebih awal dari jadwal. Pemilu terakhir digelar pada Oktober 2019.

Trudeau memenangkan pemilu itu namun kehilangan status mayoritas di parlemen. Tanpa mayoritas, PM berusia 49 tahun itu memimpin Kanada dengan pemerintahan minoritas yang butuh dukungan partai lain di parlemen untuk meloloskan anggaran belanja tahunan dan sejumlah legislasi lain.

Beralasan dia memerlukan mandat baru untuk memimpin Kanada menghadapi pandemi Covid-19, Trudeau memutuskan membubarkan parlemen bulan lalu dengan harapan dapat memenangkan kembali mayoritas kursi parlemen.

Angka survei ketika itu juga menunjukan Liberal memimpin meyakinkan 5 hingga 10 poin. Suksesnya vaksinasi Covid-19 Kanada menambah optimisme Trudeau.

Baca juga: Ribuan Pelayat Kenang Keluarga Muslim yang Tewas Ditabrak Truk, PM Kanada Hadir

Namun hanya dalam hitungan hari setelah kampanye dimulai, keunggulan Trudeau lenyap bagai ditelan bumi. Dia dengan cepat disalip oleh rivalnya, Erin O’Toole, pemimpin Partai Konservatif.

O’Toole yang sebelumnya tidak terlalu dikenal oleh rakyat Kanada kerap menyerang Trudeau memaksakan pemilu di tengah pandemi untuk memuaskan ego politiknya.

Dia mempertanyakan urgensi pemilu mengingat sejauh ini tidak ada deadlock atau perdebatan serius di parlemen Kanada.

Trudeau berkali-kali kesulitan menjustifikasi alasannya memutuskan menggelar pemilu dini.

Faktor lain anjloknya dukungan terhadap suami Sophie Trudeau itu adalah mulai pudarnya pesona politik Trudeau.

Baca juga: PM Kanada Kutuk Serangan Teroris yang Tewaskan Keluarga Muslim dalam Tabrakan Truk

Terpilih karena kharisma yang diwarisi dari ayahnya mantan PM Pierre Trudeau, tanda-tanda jenuhnya rakyat Kanada terhadap parlementarian dari distrik Papineau itu terasa setelah dia berkuasa selama 6 tahun.

Tidak ketinggalan sejumlah skandal politik pada pengujung periode pertama pemerintahannya, memunculkan kegerahan terhadap pencitraan politik Trudeau.

Jikalau pun menang, Trudeau diprediksi akan kembali memimpin pemerintahan minoritas yang berarti perjudian pemilu dininya gagal total.

Kegagalan memenangkan mayoritas hampir pasti akan melemahkan posisi politik Trudeau terutama di internal Partai Liberal.

Tekanan politik akibat blundernya dapat memaksanya mengundurkan diri dalam hitungan 18-24 bulan ke depan sekaligus mengakhiri karier politiknya.

Baca juga: PM Kanada Tak Sepakat jika Vladimir Putin Dicap sebagai Pembunuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com