Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Rampas Helikopter Black Hawk dan Humvee Peninggalan AS di Afghanistan

Kompas.com - 30/08/2021, 08:54 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Sebuah rekaman video yang baru-baru ini diunggah di media sosial menunjukkan tentara Taliban dengan perlengkapan militer ikonik milik AS- Helikopter Black Hawk - yang dikemudikan di bandara Kandahar.

Pesawat multiguna dengan empat baling-baling ini sekadar meluncur di landasan, tapi aktivitas itu mengirim pesan pada dunia: Taliban bukan lagi sekelompok tentara urakan yang memeluk senapan serbu Kalashnikov di truk pikcup yang sudah rusak.

Di tempat lain, sejak kejatuhan Kabul pada 15 Agustus ke tangan kelompok garis keras Islam ini, foto-foto tentara Taliban memamerkan sejumlah persenjataan dan kendaraan buatan AS tersebar.

Baca juga: Taliban Akui Pemimpin Tertingginya Ada di Afghanistan, Segera Tampil ke Publik

Beberapa dari mereka terlihat dengan perlengkapan tempur lengkap di unggahan media sosial, dan tak bisa dibedakan dari pasukan khusus lain yang ada di seluruh dunia. Tak ada jenggot panjang, atau pakaian tradisional salwar kameez, dan tentu saja tak ada senjata yang berkarat.

Mereka menyita persenjataan tersebut setelah pasukan dari Pasukan Pertahanan dan Keamanan Aghanistan (Ands) menyerahkan satu per satu kota ke tangan Taliban.

Sejumlah unggahan di media sosial mengatakan, hal ini membuat Taliban menjadi satu-satunya kelompok ekstremis yang memiliki angkatan udara.

Berapa banyak pesawat yang dimiliki Taliban?

Per akhir Juni lalu, angkatan udara pemerintah Afghanistan tercatat mengoperasikan 167 pesawat, termasuk helikopter serbu, menurut laporan Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (Sigar) yang berbasis di AS.

BBC INDONESIA Helikopter AS di Afghanistan
Tapi masih belum jelas berapa banyak di antara 167 pesawat itu yang benar-benar diambil alih oleh Taliban. Citra satelit di Bandara Kandahar yang diperoleh BBC dari Planet Labs, menunjukkan sejumlah pesawat militer Afghanistan terparkir di landasan.

Sebuah gambar, sejak enam hari peralihan kekuasaan ke tangan Taliban, menunjukkan lima pesawat - setidaknya dua helikopter MI-17, dua Black Hawks (UH-60) dan helikopter ketiga yang bisa jadi UH-60, menurut Angad Singh, pakar penerbangan militer di Observer Research Foundation yang berbasis di Delhi.

BBC INDONESIA Denah pangkalan udara Kandahar
Sebaliknya, 16 pesawat — termasuk sembilan helikopter Black Hawks dan dua MI-17 serta lima pesawat bersayap — dapat dilihat melalui citra satelit lain yang diambil pada 16 Juli.

Ini artinya sejumlah pesawat di sana telah diterbangkan ke luar negeri, atau dipindahkan ke pangkalan udara lainnya.

Taliban juga merebut sembilan pangkalan udara Afghanistan lain, termasuk di antaranya yang berada di Herat, Khost, Kunduz, dan Mazar-i-Sharif — tapi masih belum jelas berapa banyak pesawat yang telah mereka sita, karena citra satelit tak tersedia dari bandara-bandara ini.

Baca juga: Militer AS Serang Kendaraan ISIS-K yang Penuh Bahan Peledak di Kabul dengan Pesawat Tak Berawak

Pasukan Taliban dan media lokal juga mengunggah gambar-gambar pesawat yang disita, dan pesawat tak berawak dari bandara-bandara tersebut. Sejumlah situs independen juga telah menemukan geo-lokasi sejumlah pesawat.

Tapi ada juga tanggapan bahwa sejumlah pesawat itu telah diterbangkan ke luar Afghanistan, sebelum negara itu diambil alih oleh pasukan Taliban.

Analisis citra satelit yang diambil pada 16 Agustus dari bandara Termez Uzbekistan menunjukkan lebih dari dua lusin helikopter, termasuk MI-17, MI-25, Black Hawks dan juga sejumlah pesawat A-29 serta C-208, menurut pakar penerbangan di Delhi yang enggan disebutkan namanya.

Para ahli di lembaga CSIS mengatakan, pesawat dan helikopter kemungkinan berasal dari Angkatan Udara Afghanistan.

BBC INDONESIA Termez International Airport, Uzbekistan
Senjata tempur apa lagi yang dimiliki Taliban?

Di samping pertanyaan mengenai kekuatan udara Taliban, para ahli setuju, Taliban memiliki pengalaman mengoperasikan senjata, senapan dan kendaraan tempur yang canggih. Dan, perlengkapan militer seperti itu sangat banyak di Afghanistan.

Antara 2003-2016, AS menggunakan sejumlah besar perangkat keras militer saat pasukan mereka bertempur bersama pasukan Afghanistan: 358.530 senapan berbagai merek, lebih dari 64.000 senapan mesin, 25.327 peluncur granat, dan 22.174 Humvee (kendaraan tempur segala medan), menurut laporan Akuntabilitas Pemerintah AS.

Setelah pasukan NATO mengakhiri pertempuran mereka pada 2014, pasukan Afghanistan ditugaskan untuk mengamankan negara. Saat mereka berjuang melawan Taliban, AS menyediakan lebih banyak perlengkapan perang, dan menggantikan peralatan yang sudah tua.

Pada 2017, AS mengirim setidaknya 20.000 senapan M16. Pada tahun-tahun berikutnya, AS memasok lagi setidaknya 3.598 senapan M4, dan 3.012 Humvee untuk mempersenjatai pasukan Afghanistan antara 2017-2021, menurut Sigar.

Baca juga: Dari Mana Taliban Dapat Uang?

BBC INDONESIA Humvee tentara AS
BBC INDONESIA Taliban special forces
Pasukan Afghanistan juga punya kendaraan lapis baja, yang digunakan untuk serangan cepat. Kendaraan 4x4 ini juga bisa digunakan untuk mengangkut pasukan atau peralatan perang lainnya.

BBC INDONESIA MSFV Afghanistan
Apa yang bisa dilakukan Taliban dengan persenjataan barunya?

Tergantung pada persenjataanya.

Mengambil alih pesawat mungkin mudah bagi Taliban, tapi mengoperasikan dan memeliharanya akan sulit, kata Dr Jonathan Schroden, direktur di grup kunsultasi CNA sekaligus mantan penasihat pasukan di Afghanistan.

Suku cadang kerap perlu servis dan kadang harus diganti, dan sebuah pasukan udara sangat bergantung dari tim teknis yang bekerja untuk menjaga kelayakan setiap pesawat.

Banyak pemeliharaan pesawat dilakukan oleh kontraktor swasta AS, yang telah meninggalkan negara tersebut, bahkan sebelum Taliban mulai mengambil alih kota-kota dan provinsi pada Agustus.

Baca juga: ISIS-K dan Taliban, Apa Hubungan Mereka Sebenarnya?

Jodi Vittori, profesor bidang politik dan keamanan di Universitas Georgetow sekaligus veteran pasukan udara AS yang bertugas di Afghanistan, setuju kalau Taliban kekurangan ahli untuk membuat pesawat ini beroperasi.

"Jadi, tak ada ancaman langsung bahwa Taliban akan menggunakan pesawat-pesawat itu," katanya sekaligus menekankan, bisa saja pesawat-pesawat itu sudah dipreteli sebelum pasukan Afghanistan menyerah.

Bagaimana pun, Taliban akan berusaha memaksa mantan-mantan pilot Afghanistan untuk menerbangkan pesawat-pesawat itu, kata Jason Campbell, seorang peneliti di Rand Corporation. "Taliban akan mengancam mereka dan keluarganya. Jadi mereka mungkin bisa membawa pesawat-pesawat ini terbang ke angkasa, tapi dalam jangka-panjang terlihat suram."

Dan, Taliban kemungkinan bisa mengoperasikan helikopter MI-17 buatan Rusia, karena helikopter-helikopter itu sudah ada di negara itu selama beberapa dekade. Tapi untuk pesawat sisanya, mereka mungkin akan mencari negara-negara lain untuk meminta pelatihan dan pemeliharaan.

Persenjataan lain akan jauh lebih mudah dikuasai para milisi. Bahkan pasukan Taliban lebih akrab dengan persenjataan berbasis darat yang mereka sita.

Selama bertahun-tahun, pos-pos keamanan yang direbut dan pasukan yang membelot telah membuat mereka terbiasa dengan persenjataan tersebut.

Baca juga: Kisah Pasukan Elite Inggris SAS Selamatkan 20 Rekannya dari Kepungan Taliban di Gurun

Bahwa kelompok ini memiliki akses pada persenjataan modern seperti itu merupakan "kegagalan besar" kata Michael Kugelman, wakil direktur Wilson Center di Washington.

Tapi efeknya tidak akan terbatas pada Afghanistan. Ada kekhawatiran senjata-senjata akan mulai bermunculan di pasar gelap, dan memicu pemberontakan di seluruh dunia.

Ini bukan risiko langsung, kata Vittori, tapi rantai dagang bisa muncul beberapa bulan kemudian. Tanggung jawab untuk menghentikan ini ada di tangan negara-negara tetangga Afghanistan, seperti Pakistan, China dan Rusia.

Champbell mengatakan, Taliban tampaknya ingin menunjukkan wajah bertanggung jawab, meskipun sulit bagi mereka untuk tidak mendukung kelompok-kelompok dengan ideologi yang sama di seluruh dunia.

Persatuan di antara Taliban adalah faktor penting lain yang akan bermain dalam hal bagaimana senjata-senjata itu digunakan.

Vittori mengatakan ada kemungkinan bahwa kelompok sempalan dari sekutu-sekutu Taliban memutuskan untuk hengkang, dan membawa serta persenjataan mereka. Jadi, ini akan bergantung pada bagaimana para pemimpin Taliban menyatukan kelompok setelah euforia awal pengambilalihan Afghanistan mereda.

David Brown ikut berkontribusi dalam laporan ini.

Baca juga: Salah Satu Teroris Paling Diburu AS Muncul Bersama Taliban di Kabul

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com