Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama Buka Setelah Taliban Berkuasa, Bank-bank di Kabul Diserbu Warga Afghanistan

Kompas.com - 26/08/2021, 13:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Setelah lebih dari seminggu ditutup, bank-bank di Afghanistan mulai dibuka kembali, dan menarik kerumunan ratusan orang yang ingin memiliki uang tunai fisik di tangan mereka sekali lagi.

Lembaga keuangan di Kabul sebagian besar tutup pada Minggu (15/8/2021) sore, tepat sebelum mantan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dan Taliban tiba di ibu kota.

Baca juga: Jenderal Top Afghanistan: Kami Dikhianati Trump, Biden, dan Ghani

Awalnya, penutupan itu sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa kedatangan kelompok itu di kota akan berujung pertumpahan darah dan penjarahan.

Seiring berlalunya hari, bank-bank tetap tutup karena keputusan Washington untuk memotong akses ke 7 miliar dollar AS (Rp 100,9 triliun) dari emas dan cadangan tunai Bank Sentral Afghanistan di Federal Reserve Amerika Serikat (AS).

Dana Moneter Internasional juga memotong akses ke lebih dari 370 juta dollar AS (Rp 5,3 triliun) pinjaman yang telah dijanjikannya untuk negara itu.

Pembatalan itu terjadi hanya beberapa hari setelah puluhan ribu orang berbondong-bondong ke bank dan ATM di seluruh ibu kota Afghanistan untuk menarik uang mereka sebanyak mungkin sebelum kedatangan Taliban.

Dalam masyarakat berbasis uang tunai seperti Afghanistan, kondisi itu memberikan pukulan ganda.

Masalahnya, tanpa uang kertas bahkan untuk beberapa hari ditambah kejatuhan rezim, membuat orang takut tidak hanya untuk hari esok, tetapi juga minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang.

Baca juga: Pentagon Ikut Mencekam Saat Taliban Kuasai Afghanistan

Kepada Al Jazeera, Massoud, mantan Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF) mengaku menghabiskan 10 hari terakhir di Kabul bertanya-tanya bagaimana menafkahi keluarganya di provinsi utara Kunduz.

Pria 35 tahun itu memiliki 20.000 Afghan (232 dollar AS setara Rp 3,3 juta) di bank, dari waktunya di Militer Afghanistan. Namun, bahkan dengan bank kembali dibuka, mengakses uangnya kembali bisa memakan waktu beberapa hari lagi.

Tidak ada sumber pendapatan

Pada Rabu (25/8/2021) pukul 10.00 pagi, Massoud sudah menunggu empat jam dalam antrean dan masih belum bisa masuk ke dalam gedung bank fisik.

Untuk memenuhi kebutuhan di ibu kota, ia bekerja sebagai buruh harian. AKan tetapi, dengan bisnis yang hampir berhenti, dia tidak mendapat pekerjaan yang cukup untuk bisa membiayainya kembali ke Kunduz.

Massoud, yang ditempatkan di provinsi selatan Kandahar, mengaku mendapatkan uang itu setelah melayani negaranya dalam keadaan yang paling sulit.

“Kami dikepung berkali-kali. Kami harus berjuang tanpa makanan dan air. Namun, karena pemerintah memutuskan untuk menyerah dan pergi, kami dibiarkan tanpa akses ke uang yang kami perjuangkan,” katanya, merujuk pada fakta bahwa banyak anggota terkenal dari pemerintahan sebelumnya juga meninggalkan negara itu.

Dia bukan satu-satunya anggota Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF). Berdiri di sebelah Massoud adalah Abdul, seorang rekan tentara yang ditempatkan di sebuah distrik di Provinsi Kabul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Global
Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Global
Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Internasional
Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com