Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Wanita Afghanistan Keluar Rumah, Ternyata Ini Alasannya

Kompas.com - 25/08/2021, 22:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Seorang juru bicara Taliban mengatakan saat ini perempuan yang bekerja harus tetap di rumah demi keamanan mereka sampai prosedur ditetapkan.

"Ini prosedur yang sangat sementara," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam jumpa pers Selasa (24/8/2021).

"Pasukan keamanan kami belum dilatih untuk menghadapi perempuan - bagaimana bicara dengan sebagian dari mereka," kata Mujahid dalam jumpa pers di Kabul.

Baca juga: Taliban Pamerkan Pasukan Khususnya Badri 313 dalam Aksi Propaganda

"Sampai itu dilakukan dan kami memiliki prosedur keamanan ... kami meminta perempuan tetap di rumah," tambahnya.

Mujahid juga mengatakan mereka tidak memiliki daftar orang yang diburu untuk balas dendam dan menyebut bahwa mereka "telah melupakan semua hal di masa lalu".

Pernyataan Mujahid itu muncul di tengah laporan bahwa kelompok itu melakukan eksekusi yang disebut oleh Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet berasal dari "laporan kredibel".

Pelanggarakan HAM lain, termasuk pembatasan hak perempuan dan merekrut tentara anak, kata Bachelet kepada Dewan HAM PBB.

Taliban menerapkan syariah secara ketat saat menguasai Afghanistan sebelum 2001.

Sejak menguasasi kembali Afghanistan, sembilan hari lalu, kelompok militan itu mencoba menunjukkan citra yang lebih positif dengan janji menghargai hak perempuan serta kebebasan berbicara.

Baca juga: Kelompok Perlawanan Afghanistan Ingin Kesepakatan Pembagian Kekuasaan dan Pembatasan Hukum Syariah Taliban

Namun sejumlah pihak menyatakan skeptis di tengah laporan banyaknya perempuan yang belum menikah di sejumlah daerah bersembunyi di rumah karena diancam akan dinikahi secara paksa oleh mereka.

Bachelet mengatakan hak perempuan adalah "landasan penting" dan ia menyerukan kepada negara anggota PBB untuk menciptakan badan khusus mengawasi hak asasi manusia di Afghanistan.

Pekan lalu, organisasi HAM, Amnesty Internasinal mengatakan Taliban baru-baru ini "membantai" dan secara brutal menyiksa kelompok minoritas Hazara.

Para saksi mata - yang memberikan kesaksian yang mengerikan - terkait pembunuhan awal Juli di Provinsi Ghazni.

Amnesty mengatakan insiden itu merupakan "indikator mengerikan" tentang kekuasaan Taliban.

Baca juga: Kisah Pasukan Elite Inggris SAS Selamatkan 20 Rekannya dari Kepungan Taliban di Gurun

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan langkah mereka merupakan momen membanggakan.REUTERS via BBC INDONESIA Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan langkah mereka merupakan momen membanggakan.

Warga Afghanistan sebaiknya tidak keluar negeri

Dalam pernyataan lain, jubir Taliban, Muhajid mengatakan tak akan mengizinkan warga ke bandara karena kacaunya situasi.

Mujahid mendesak warga Afghanistan yang berupaya menuju Kabul untuk kembali ke rumah dan meminta Amerika Serikat untuk mendorong mereka keluar dari bandara.

Pasukan Amerika Serikat yang menguasai bandara Kabul mengatakan lebih dari 58.000 orang, sebagian besar orang Afghanistan, telah dievakuasi.

Muhajid juga mengatakan tidak akan memperpanjang batas waktu evakuasi tanggal 31 Agustus karena akan melanggar perjanjian dengan AS.

Negara-negara sekutu AS telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan mampu mengevakuasi semua yang mencoba melarikan diri dari Taliban pada batas waktu itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com