Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentagon Ikut Mencekam Saat Taliban Kuasai Afghanistan

Kompas.com - 26/08/2021, 11:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Suasana Pentagon pada Senin (16/8/2021) ikut mencekam, saat Taliban memasuki Kabul dan akhirnya menguasai Afghanistan.

Dilaporkan AFP pada Selasa (17/8/2021), personel militer Amerika Serikat tampak pasrah melihat kekacauan di bandara Kabul, dan mengkritik lambatnya pemerintahan Joe Biden mengevakuasi para warga Afghanistan sekutu AS.

Beberapa orang juga mengkritik Kementerian Luar Negeri, yang memiliki otoritas tunggal untuk memberikan visa kepada mantan penerjemah dan staf pendukung militer AS lainnya serta keluarga mereka, karena menunggu lebih dari dua bulan untuk memulai proses bagi warga Afghanistan.

Baca juga: 4 Kesalahan Pentagon yang Berakibat Lemahnya Militer Afghanistan

"Kami memperingatkan mereka selama berbulan-bulan, selama berbulan-bulan" bahwa situasinya mendesak, kata seorang pejabat militer, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Saya tidak marah, saya frustrasi," kata petugas lainnya. "Proses seharusnya bisa ditangani dengan sangat berbeda."

Biden pada pertengahan April memutuskan, semua pasukan AS harus keluar dari Afghanistan pada 11 September, lalu mengganti tanggal itu hingga 21 Agustus kemudian 31 Agustus.

Namun, Kementerian Luar Negeri menunggu berbulan-bulan untuk membentuk struktur ad hoc guna mengamankan para sekutu AS.

Pejabat Pentagon lainnya yang diwawancarai oleh AFP mengatakan, para diplomat telah mencoba mempercepat proses visa, tetapi masih terlalu lama dan rumit dalam situasi tersebut.

Pemerintahan Biden berasumsi bahwa Kedutaan Besar AS di Kabul akan tetap buka, dan Pemerintah Afghanistan akan mempertahankan kendali atas negara itu selama berbulan-bulan setelah penarikan AS, katanya.

Baca juga: Pentagon Sebut Taliban Berusaha Mengisolasi Ibu Kota Afghanistan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com