Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taktik Perang Mao Zedong Disebut Jadi Inspirasi Taliban Menguasai Afghanistan

Kompas.com - 22/08/2021, 17:53 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Seperti yang dikatakan Mao, orang lebih penting daripada senjata. Taliban menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun hubungan di luar basis tradisional mereka, etnis Pashtun.

Seperti yang ditulis Dorronsoro, Taliban memiliki "strategi yang koheren" untuk "menghancurkan struktur tradisional (terutama struktur suku)".

Baca juga: Taliban Eksekusi Mantan Pentolan ISIS Asia Selatan

Dorronsoro kemudian memperingatkan bahwa AS tidak memiliki alasan dan strategi untuk mengalahkan Taliban. Pemerintah Afghanistan yang lemah dan korup, katanya, hanya mempermudah Taliban untuk mempertahankan pijakan dan memperluas basis dukungannya.

Sejarah yang berulang

Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan seharusnya tidak mengejutkan siapa pun yang memperhatikan. Ini hanyalah sejarah yang berulang — dan kegagalan AS untuk mengindahkan pelajaran dari sejarah itu.

AS merupakan kekuatan militer terkuat di dunia, menghabiskan 20 tahun, triliunan dollar dan kehilangan ribuan nyawa dan tidak bisa mengalahkan Taliban.

Sama seperti saat meninggalkan Korea yang terpecah, mundur dari Vietnam yang jatuh ke tangan Komunis serta keluar dari Irak hanya untuk membuka pintu bagi ISIS.

Setelah Vietnam, Amerika mengalami krisis kepercayaan dan kehilangan gengsinya. Setelah Afghanistan, apakah kita masih percaya Presiden Joe Biden ketika dia berkata bahwa bertaruh melawan Amerika adalah ide yang buruk?

Taliban baru saja melakukannya.

Baca juga: Uni Eropa Tegaskan Belum Mengakui Taliban

Namun Amerika masih merupakan negara yang sangat diperlukan - jika bukan negara yang luar biasa.

Dunia masih mengarapkan Amerika untuk memimpin di dunia yang semakin bergejolak dan tidak dapat diprediksi. Negara-negara seperti Australia mau tak mau harus mengandalkan AS untuk keamanan.

Begitu besar ketergantungan kita pada tatanan yang dipimpin Amerika: kekuatan ANZUS, NATO, Quad — Amerika, Australia, India, Jepang — yang dirancang untuk melawan pengaruh dan jangkauan China yang semakin besar.

Ada pertempuran yang lebih besar di depan mata dan Joe Biden telah mengidentifikasinya: demokrasi versus otokrasi.

Bukti terbaru menunjukkan demokrasi sedang mengalami kemunduran. Penurunan bendera Amerika di Kabul telah menggarisbawahinya.

China tak sekadar menonton. Mereka sudah bergerak membangun hubungan dengan Afghanistan, mengeksploitasi ruang yang telah ditinggalkan Amerika.

Baca juga: BIN Antisipasi Munculnya Kelompok Teroris Tanah Air yang Berafiliasi dengan Taliban

China memiliki hubungan dekat dengan Pakistan, yang secara historis merupakan pendukung utama Taliban.

Kita telah mendengar peringatan tentang "gendang perang" antara AS dan China.

Orang hanya bisa membayangkan Presiden Xi Jinping berpesan ke AS: Anda tidak bisa menaklukkan Taliban yang diilhami Mao, bagaimana Anda akan mengalahkan negara yang diciptakan oleh Mao?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com