Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netizen China Klaim Kalahkan AS di Olimpiade, Akui Medali Taiwan dan Hong Kong sebagai Miliknya

Kompas.com - 15/08/2021, 16:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Mothership

BEIJING, KOMPAS.com - Pengguna media sosial di China mengeklaim negaranya memenangkan lebih banyak medali Olimpiade Tokyo secara total daripada Amerika Serikat (AS), dengan menghitung medali yang dimenangkan oleh Taiwan dan Hong Kong sebagai milik China.

China, menurut metode tradisional penghitungan total medali, berada di tempat kedua di belakang AS sekarang setelah Olimpiade Tokyo 2020 secara resmi berakhir.

Baca juga: 7 Atlet Wanita di Olimpiade Tokyo yang Merangkap Ilmuwan

China secara resmi memenangkan lebih sedikit emas dan medali keseluruhan daripada total yang diraih “Negeri Paman Sam”. AS menang tipis dengan 39 medali emas, atau unggul satu medali emas dari China.

Namun, netizen China menggunakan platform microblogging populer Weibo untuk mengatakan bahwa China sebenarnya memiliki 42 medali emas.

Penggelembungan medali itu menempatkan “Negeri Tirai Bambu” empat medali lebih banyak dari AS, dan mengeklaim sebagai juara Olimpiade Tokyo 2020.

Klaim penghitungan Weibo tersebut menggabungkan Taiwan dan Hong Kong, untuk memperbesar perolehan medali "China" menjadi 42 emas, 37 perak, dan 27 perunggu dengan total 106.

Unggahan itu disertai dengan keterangan yang berbunyi: "Inilah China yang sebenarnya, lengkap, oke!"

Melansir laporan Mothership pada (13/8/2021), netizen China sebenarnya memahami bahwa ungahan tersebut sebagai sindiran.

Meski begitu, pandangan pengguna media sosial terpecah soal niat pengguna Weibo yang pertama kali mengunggah gambar tersebut.

Baca juga: Barbie Dikecam Publik karena Tak Ada Figur Asia di Edisi Olimpiade Tokyo 2020

Mayoritas komentator setuju bahwa pengguna Weibo hanya ingin menegaskan bahwa Hong Kong dan Taiwan adalah bagian dari China.

“Saya tidak mengerti kenapa banyak sekali komentar yang mencaci-maki blogger (pembuat poster). Saya kira blogger hanya ingin mengungkapkan bahwa Hong Kong, Makau dan Taiwan semuanya milik China, saya tidak mengerti mengapa begitu banyak orang-orang mengatakan ini memalukan."

“Apa, ini tidak mungkin benar, apakah benar ada orang yang berpikir bahwa kita terpaku pada medali? Ini (Olimpiade) terlalu kecil. Apa yang ingin kami katakan adalah bahwa setiap inci wilayah China harus dikembalikan."

"Blogger itu hanya bermaksud mengatakan bahwa Hong Kong, Makau, dan Taiwan adalah milik China, apa yang terjadi dengan yang lain, saya tidak mengerti. Saya tidak berpikir ada yang salah dengan ini. Ketika kami mengkritik Dee Hsu ( Pembawa acara talk show Taiwan), bukankah kita juga mengecualikan Hong Kong, Makau, dan Taiwan dari China?"

Baca juga: Ayah Quan Hongchan, Remaja China Peraih Emas Olimpiade, Tolak Hadiah Rumah dan Uang

Politik olimpiade

Selama Olimpiade Tokyo, banyak publikasi utama AS, termasuk NBC dan New York Times, mengembangkan cara mereka sendiri dalam menghitung dan memeringkat negara.

Aksi itu kemungkinan sebagai tanggapan atas AS yang membuntuti China dalam perolehan medali emas pada awalnya.

Outlet media Amerika menempatkan AS di puncak tangga berdasarkan penghitungan keseluruhan, bukan peringkat negara menurut medali emas.

Padahal situs web resmi Olimpiade menghargai emas di atas segalanya. Ini adalah metode yang sama yang digunakan oleh penghitungan medali lain di luar AS.

Beberapa orang China juga mencoba mengecilkan prestasi AS di Olimpiade Tokyo.

Chen Weihua, koresponden Uni Eropa untuk media yang berafiliasi dengan pemerintah China Daily, mengunggah sebuah foto sebelum Olimpiade berakhir dengan penghitungan yang menunjukkan AS unggul dalam jumlah medali secara keseluruhan, tetapi di belakang China dalam perolehan medali emas.

Dia menulis bahwa "media AS selalu menemukan cara untuk menempatkan (AS) di atas."

Pandangannya mungkin benar sampai titik tertentu dalam kompetisi itu.

Sebab AS kemudian berhasil lolos dengan beberapa medali emas lagi dan melompati China pada saat-saat terakhir Olimpiade.

Politik nama

Saat ini, Partai Komunis China mengeklaim Taiwan adalah bagian dari China. Komite Olimpiade Internasional pun mengharuskan Taiwan untuk bersaing sebagai "China Taipei".

Penyiar akan mengatakan "China Taipei" alih-alih Taiwan. Langkah ini kerap dilihat sebagai bentuk keberpihakan pada Beijing.

Selama beberapa dekade, China dan Taiwan sering bersitegang untuk pengakuan Komite Olimpiade Internasional sebagai satu-satunya perwakilan China Raya.

Kemudian pada 1981, Taiwan dengan enggan setuju untuk bersaing dengan nama resmi Chinese Taipei, dan menggunakan lambang dan bendera baru, sesuai dengan Resolusi Nagoya, menurut laporan ABC News.

Nama tersebut sejak itu menjadi sebutan untuk Taiwan di berbagai organisasi internasional, termasuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

Nama China Taipei mungkin dipandang sebagai penghinaan pada saat itu, tetapi pulau yang memiliki pemerintahan sendiri ini telah menerimanya sebagai kompromi, untuk secara mandiri berpartisipasi dalam organisasi dan acara internasional.

Ada beberapa atlet Taiwan mendorong agar nama "Chinese Taipei" dicoret di Olimpiade karena mereka ingin diakui mewakili "Taiwan".

Namun ada juga beberapa orang lain yang keberatan dengan langkah itu beralasan bahwa mereka hanya ingin mempertahankan kesempatan untuk menyelesaikan kompetisi terbesar olahraga internasional itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com