Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Hong Kong Selidiki Ejekan pada Lagu Kebangsaan China saat Siaran Olimpiade

Kompas.com - 30/07/2021, 18:57 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

HONG KONG, KOMPAS.com - Polisi menyelidiki kerumunan di sebuah pusat perbelanjaan yang terdengar mencemooh saat lagu kebangsaan China dimainkan selama upacara pemberian medali untuk pemain anggar Hong Kong Cheung Ka Long.

Dilansir Al Jazeera, polisi Hong Kong mengatakan mereka telah memulai penyelidikan atas ejekan lagu kebangsaan China di sebuah pusat perbelanjaan yang menayangkan siaran langsung medali emas Olimpiade pertama di wilayah itu dalam 25 tahun.

Ratusan orang memang berkumpul pada Senin (26/7/2021) malam di sebuah pusat perbelanjaan, untuk menyaksikan Cheung Ka Long merebut gelar anggar individu putra Olimpiade.

Baca juga: Pengunjuk Rasa Hong Kong Dijerat UU Baru, Bisa Dihukum Seumur Hidup

Polisi mengatakan pada Jumat (30/7/2021) bahwa mereka mengajukan keluhan saat beberapa orang mencemooh saat upacara penghargaan, ketika lagu kebangsaan China dimainkan.

Pada upacara medali berikutnya, beberapa penggemar awalnya mencemooh lagu kebangsaan China dan kemudian meneriakkan “Kami adalah Hong Kong” dalam adegan yang disiarkan langsung.

“Kami adalah Hong Kong” sering dinyanyikan oleh penggemar sepak bola Hong Kong. Banyak di antaranya menyukai identitas unik kota dan budaya Kanton dibanding dengan daratan utama, di mana bahasa Mandarin digunakan secara luas.

Lagu itu pun sering dilantunkan oleh penggemar sepak bola ketika lagu kebangsaan China dimainkan menjelang pertandingan.

"Kami telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut dan akan mengumpulkan bukti yang relevan," kata polisi kepada kantor berita Reuters.

Baca juga: Polisi Hong Kong Tangkap Mantan Editor Tinggi Surat Kabar Apple Daily

Dalam wawancara terpisah dengan kantor berita AFP, seorang sumber polisi senior mengatakan penyelidikan akan mencakup "setiap tindakan menghina" terhadap lagu kebangsaan.

Hong Kong memang sudah mengesahkan undang-undang pada Juni 2020, yang mengkriminalisasi tindakan tidak menghormati lagu kebangsaan China.

Siapa pun yang terbukti bersalah menyalahgunakan atau menghina lagu tersebut dapat dipenjara hingga tiga tahun dan didenda.

Di sisi lain, siaran pusat perbelanjaan hari Senin lalu adalah kesempatan langka bagi orang-orang Hong Kong untuk berkumpul dengan kelompok terbatas, sejak pembatasan yang dilakukan 2020 karena virus corona.

Covid-19 dan undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan Beijing pada Juni tahun lalu, secara efektif mengakhiri protes massa pro-demokrasi yang dimulai pada 2019.

Baca juga: 3 Remaja Didakwa Berencana Meledakkan Hong Kong

Sejak undang-undang tersebut berlaku, beberapa politisi dan aktivis pro-demokrasi paling terkemuka di Hong Kong telah didakwa. Beberapa pun dikirim ke penjara.

Yang lainnya telah meninggalkan kota dan mengasingkan diri.

Pihak berwenang China dan Hong Kong mengatakan undang-undang itu penting untuk memulihkan stabilitas.

Semua penuntutan diklaim didasarkan pada bukti dan tidak ada hubungannya dengan latar belakang atau profesi masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com