Tapi kini, yang menjadi kekhawatiran pendukung presiden adalah kondisi yang serba tidak pasti. Skenario terburuk yang paling mereka takuti adalah pembalasan dari lawan Saied, khususnya di antara partai Ennahdha dan pendukungnya.
"Semua orang hanya memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya," kata Zarrouk. "Sejujurnya, kami semua takut, karena kami tahu kekuatan yang dimiliki partai Islam, yaitu Ennahdha ... jadi kami takut mereka akan mengambil senjata dan memulai perang saudara."
Ennahdha tidak menanggapi permintaan CNBC untuk berkomentar, tetapi sebuah pernyataan di halaman Facebook resminya menolak penggunaan kekerasan.
"Memperingatkan bahaya wacana kekerasan, hasutan dan pengucilan untuk tatanan sosial nasional dan konsekuensinya, adalah bahaya yang harus dihindari Tunisia."
Kepada CNBC pemuda Tunisia lainnya, Seif, mengungkapkan kekhawatirannya akan ketidakjelasan situasi saat ini.
"Kita harus sangat berhati-hati, kondisi bisa berubah menjadi sangat buruk. Kami juga memiliki ekstremis, teroris di pegunungan, dan situasinya bisa meningkat, mereka dapat digunakan sebagai senjata untuk melawan “kudeta” ini,” ujar Seif yang nama lengkapnya dirahasiakan karena batasan profesional.
Baca juga: Ekstremis Wanita Meledakkan Diri Bersama Bayinya di Hadapan Pasukan Tunisia
Sementara perintah jam malam yang diterapkan Senin (26/7/2021) malam dinilai perlu untuk menenangkan keadaan.
Tapi apa yang akan paling menunjukkan legitimasi dan transparansi menurut Seif, adalah pemilihan baru.
"Orang-orang masih memiliki keyakinan. Tetapi semua orang ingin melihat garis waktu dan rencana aksi yang pasti,” pungkasnya.
Sementara itu, Khalil H, seorang pemilik bisnis di Tunis, menyatakan keprihatinan terutama atas langkah presiden.
"Satu bulan (parlemen vakum) untuk mengatur kediktatoran masa depan. Betapa nyamannya," katanya, meminta agar nama belakangnya dirahasiakan karena takut akan pembalasan negara.
"Orang-orang senang, tetapi orang-orang tidak tahu yang lebih baik."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.