Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir Setidaknya hingga Pertengahan 2022

Kompas.com - 26/07/2021, 18:58 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum melihat akhir pandemi Covid-19 terjadi setidaknya sampai satu tahun lagi, tempatnya sampai dunia mencapai target vaksinasi global dan kekebalan komunitas terjadi.

WHO menganggap wabah SARS-CoV-2 sebagai pandemi pada Maret tahun lalu. Keberhasilan pengembangan vaksin diyakini jadi kunci untuk mengakhiri kematian dan kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh virus Covid-19.

Baca juga: Berminggu-minggu di ICU, Veteran Perang Dunia Berusia 102 Tahun Sembuh dari Covid-19

Namun, WHO menyatakan kekecewaan yang ekstrem karena kegagalan negara-negara kaya membantu vaksinasi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hal itu menurut kepala WHO bisa mencegah pandemi berakhir.

Pada Rabu (21/7/2021), Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan target vaksinasi global untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara pada September.

Ghebreyesus berharap mencapai 40 persen vaksinasi global pada akhir tahun dan kemudian 70 persen pada pertengahan 2022.

"Ini adalah tonggak penting yang harus kita capai bersama untuk mengakhiri pandemi," kata Ghebreyesus.

"(Pandemi) akan berakhir ketika dunia memilih untuk mengakhirinya, karena solusinya ada di tangan kita."

Masalahnya, hingga kini baru lebih dari 2 miliar orang telah divaksinasi Covid-19. Jumlah itu hanya sekitar seperempat dari populasi dunia, jauh di bawah target vaksinasi global 70 persen, yang dibutuhkan untuk mencapai kekebalan komunitas.

Baca juga: Dokter Malaysia Mogok, Parlemen Akhirnya Aktif Usai Tujuh Bulan Vakum Ditengah Lonjakan Covid-19

Ghebreyesus pun mengungkapkan rasa frustrasinya, karena sebagian besar dari vaksin Covid-19 hanya menjangkau beberapa negara.

Dia menyebut ketidakadilan vaksin sebagai "kegagalan moral" dan "merusak secara epidemiologis dan ekonomis."

Pakar kesehatan telah menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di wilayah tertentu di dunia memungkinkan virus menyebar, dan meningkatkan kemungkinan pembentukan mutasi baru.

Walaupun vaksin yang ada masih efektif melawan mutasi saat ini, semakin banyak mutasi yang muncul maka virus bisa lolos dari kekebalan vaksin.

Jika itu terjadi, Ghebreyesus memperingatkan bahwa vaksin baru harus dikembangkan dan seluruh dunia harus divaksin ulang.

Adapun untuk mencapai target vaksinasi global, 70 persen dari populasi setiap negara diperlukan sekitar 11 miliar dosis vaksin Covid-19, menurut Ghebreyesus melansir Newsweek pada Sabtu (24/7/2021).

Baca juga: AstraZeneca Akan Produksi Lebih Banyak Vaksin Covid-19 untuk Asia Tenggara

Untuk segera mengisi kesenjangan pasokan vaksin Covid-19, Ghebreyesus mengatakan negara-negara kaya perlu mulai berbagi dosis daripada menimbun jika diperlukan dosis booster. Namun itu hanya solusi jangka pendek.

Dunia kata dia, perlu "secara dramatis" meningkatkan jumlah vaksin yang sedang diproduksi untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah.

"Ada banyak penyakit yang membuat kita kekurangan vaksin, tes yang baik, dan perawatan yang efektif. Tidak demikian untuk Covid-19. Kita memiliki semua alat yang dibutuhkan," kata Ghebreyesus.

"Itu berarti mengakhiri pandemi pada dasarnya bukanlah ujian penemuan ilmiah, kekuatan finansial, atau kecakapan industri; ini adalah ujian karakter."

Baca juga: Perusahaan Israel Akan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Oral Pertama di Dunia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Global
Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Global
Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com