Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE Banjir Jerman: 155 Orang Masih Hilang, Harapan Penyelamatan Memudar

Kompas.com - 22/07/2021, 16:56 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

BERLIN, KOMPAS.com - Setidaknya 155 orang masih hilang seminggu setelah curah hujan akibat cuaca ekstrem mencapai rekor dan menyebabkan banjir Jerman Barat.

Presiden badan federal penanganan bencana Jerman mengatakan "tidak yakin" penyelamat akan menemukan lebih banyak orang yang selamat.

“Kami saat ini masih mencari yang hilang saat kami membersihkan puing-puing atau memompa ruang bawah tanah,” kata Sabine Lackner dari badan federal untuk bantuan teknis, sebuah organisasi sukarelawan milik kementerian dalam negeri Jerman.

“Tapi sayangnya pada tahap ini sangat mungkin bahwa korban hanya dapat dipulihkan dan tidak diselamatkan,” kata Lackner kepada RedaktionsNetzwerk Deutschland.

Baca juga: Sirkuit F1 di Jerman Disulap Jadi Pusat Logistik Bantuan Banjir

Seminggu setelah sistem cuaca yang bergerak lambat mengucurkan dua bulan curah hujan dalam dua hari di Jerman barat, jumlah kematian dilaporkan meningkat.

Setidaknya 171 korban tewas, di mana 123 telah dikonfirmasi di distrik Ahrweiler berbukit di Rhineland-Palatinate. Ada 764 orang lainnya luka-luka, dan 155 orang masih dinyatakan hilang.

Di lembah Ahr penghasil anggur dan daerah tetangga di North-Rhine Westphalia, sekitar 40.000 orang diyakini terkena dampak banjir.

Bencana banjir bandang telah menyebabkan ribuan orang di Jerman barat tidak memiliki akses ke air minum, listrik dan gas.

Kerusakan infrastruktur di daerah itu baru terlihat sejak air surut sepenuhnya selama beberapa hari terakhir.

Di Bad Neuenahr-Ahrweiler, sebuah kota spa yang berfungsi sebagai ibu kota distrik Ahrweiler, sekitar 19.000 orang sekarang tidak memiliki gas untuk memanaskan air dan rumah. Jaringan pipa tersapu bersih banjir bersama dengan jembatan penghubung wilayahnya.

“Beberapa kilometer jaringan pipa dan stasiun kontrol hilang,” kata juru bicara penyedia energi regional EMV, seraya menambahkan akan memakan waktu beberapa bulan untuk membangun kembali infrastruktur.

Marburger Bund, serikat pekerja yang mewakili dokter di Jerman, telah menyuarakan keprihatinan tentang kekurangan staf medis dan persediaan di daerah yang terkena dampak.

Baca juga: Tak Hanya Pemanasan Global, Ini 5 Penyebab Banjir Eropa 2021 Sangat Parah

Rel kereta api yang dibangun di sepanjang sungai hanyut. Perusahaan kereta api nasional, Deutsche Bahn, melaporkan rel sepanjang 373 mil (600 km) dan 80 stasiun tidak dapat dilalui. Itu menurutnya butuh waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali sepenuhnya.

Asosiasi Asuransi Jerman memperkirakan banjir telah menyebabkan kerusakan sebesar 4 miliar euro hingga 5 miliar euro (Rp 68,3 triliun hingga Rp 85,4 triliun).

Banjir pada 2002, ketika menerjang tepian sungai Elbe di Jerman timur, menyebabkan kerusakan senilai 4,65 miliar euro (Rp 79,4 triliun).

Pada Rabu (21/7/2021), Kanselir Jerman Angela Merkel, dan kabinetnya menyetujui bantuan keuangan darurat senilai 200 juta euro (Rp 3,4 triliun) untuk orang-orang yang terkena dampak banjir

Bantuan pemerintah negara bagian diharapkan menyamai program bantuan federal. Paket yang lebih besar untuk membangun kembali infrastruktur penting, diharapkan diberikan di kemudian hari.

“Warga tidak bisa disalahkan atas apa yang terjadi,” kata Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz melansir Guardian pada Rabu (21/7/2021).

“Ini adalah sesuatu yang harus dikaitkan dengan umat manusia secara keseluruhan, dan perubahan iklim.”

Baca juga: Video Dahsyatnya Banjir Eropa: Mobil Hanyut, 183 Orang Tewas, Ribuan Hilang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com