Tetapi lingkaran cakram halo menjadi penemuan yang khas di kemudian hari dan mungkin hasil dari ide-ide keagamaan yang unik.
Contoh paling awal dari cakram halo berasal dari tahun 300-an SM dalam seni keagamaan Iran kuno. Cakram itu tampaknya telah dipahami sebagai fitur istimewa Mithra, dewa cahaya dalam agama Zoroaster.
Muncul perdebatan bahwa konsep kemuliaan ilahi (dikenal sebagai 'Khvarenah') dalam Zoroaster terkait erat dengan pancaran matahari, dan halo menunjukan keilahian Mithra, seperti halnya selama ini untuk dewa Ra.
Dalam sejarah seni, kecepatan migrasi lintas budaya dari simbol cakram membuatnya sangat penting dalam ikonografi religius.
Sekitar tahun 100 Masehi, beberapa ratus tahun setelah muncul di Iran kuno, simbol ini muncul di lokasi yang sangat jauh seperti kota Tunisia El Djem, kota Samosata di Turki dan kota Sahri-Bahlol di Pakistan.
Pada tahun 400-an Masehi, halo telah tertanam dalam seni Kristen di Roma dan seni Buddha di China.
Entah bagaimana, dalam beberapa abad, lingkaran cahaya halo telah menjadi simbol keilahian universal agama Eurasia.
Baca juga: Simbol Setanisme dalam Era Modern, Apa Artinya?
Pergerakan awal dari bagian ikonografi keagamaan ini adalah ke arah timur dan barat dari tempat kelahirannya di Iran, di tangan beberapa kerajaan paling kuat di masa lalu.
Pada Abad Pertama Masehi, Indo-Scythians (pengembara dari Iran) dan Kushans (dari Baktria, Afghanistan) menyerbu daerah tenggara mereka, wilayah yang sekarang mencakup Pakistan modern, Afghanistan dan India utara.
Kedua kerajaan, yang kaya akan sejarah budaya Iran kuno, membawa mata uang yang terukir Mithra dengan lingkaran cahaya.
Mithra, dewa muda dan menarik itu memiliki daya tarik bagi banyak orang di sekitar Hindu Kush.
Hal itu mempengaruhi ikonografi Buddha, bahkan dari representasi visual paling awal tentang dirinya, seperti relikui Bimaran (yang mungkin berasal dari akhir Abad Pertama Masehi), menggunakan lingkaran cahaya serupa dengan Mithra.
Sementara itu dewa Mithra juga memenangkan hati Kekaisaran Romawi yang menyerang di barat, sampai-sampai Mithraisme berkembang menjadi agama besar Romawi.
Mithra kemudian mempengaruhi ikonografi dewa Romawi lainnya, Sol Invictus ("matahari tak terkalahkan"). Ia ditampilkan sebagai sosok dengan fisik maskulin dan memiliki kekuatan ilahi yang ditunjukan dengan pancaran lingkaran cahaya matahari di kepalanya.
Masyarakat hingga kaisar Romawi menyembah dewa ini. Bahkan Constantine (Kaisar era umum 306-337) mengakui kekuatan ikonografi halo.