Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penampar Presiden Perancis Mengaku Beraksi karena "Jijik" Melihat Wajahnya

Kompas.com - 11/06/2021, 12:46 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

PARIS, KOMPAS.com - Penampar Presiden Perancis Emmanuel Macron mengaku, dia melakukan aksinya karena "jijik" melihat "muka berbohong" presiden.

Damien Tarel, yang menyebut dirinya patriot sayap kanan ekstrem, melancarkan serangan saat Macron berkunjung Selasa (8/6/2021).

Dalam rekaman yang viral, awalnya Macron mendekat sebelum tangannya dipegang Tarel, yang mendaratkan tamparan ke muka kiri.

Baca juga: Sosok Damien Tarel, Pria yang Tampar Presiden Perancis Emmanuel Macron

"Turunlah bersama Macronial!" teriak Tarel saat menampar Macron, yang segera ditarik oleh para pengawalnya.

Tarel pun dibekuk oleh otoritas setempat, yang menyerbu rumahnya dan menemukan senjata dan buku Mein Kampf karangan Adolf Hitler.

Saat dihadirkan dalam persidangan, pria 28 tahun itu mengaku dia tidak merenanakan serangan tersbeut.

Tarel, pengangguran dan hidup dari tunjangan pacarnya yang disabilitas, mengaku marah terhadap Presiden Perancis itu.

Saat disidang di Pengadilan Valence, Tarel tidak menunjukkan emosi saat dijerat dakwaan penyerangan terhadap pejabat publik.

Dilansir The Sun Kamis (10/6/2021), dia divonis empat bulan penjara dan 14 bulan hukuman percobaan.

Baca juga: Damien Tarel Penampar Presiden Perancis Dipenjara 4 Bulan


Tarel mendeskripsikan dirinya sebagai anggota yellow vest, pergerakan yang mengguncang pemerintahan Macron pada 2018 dan 2019.

Dengan tenang, Tarel menjabarkan pandangannya terhadap Macron, seraya tidak jelas apa yang ingin dia ubah dari Perancis.

"Ketika saya melihat wajahnya, saya merasa jijik. Saya kemudian bertindak kasar. Saya sendiri sampai terkejut," kata dia.

Tarel mengungkapkan, dia dan temannya awalnya hendak menghujani Macron dengan telur dan krim sebelum mengurungkan ide mereka.

Baca juga: Buku Hitler dan Senjata Ditemukan di Rumah Pelaku Penamparan Presiden Perancis

Saat ditanya apa motifnya, Tarel menjawab bahwa Emmanuel Macron merupakan kemunduran bagi "Negeri Anggur".

Selain menjatuhkan hukuman penjara, hakim melarang Tarel mempunyai senjata selama lima tahun, dan menyuruhnya mencari pekerjaan.

Macron sendiri saat diwawancarai BFM mengatakan, dia menyebut penamparan terhadap dirinya dampak dari atmosfer beracun di media sosial.

"Anda terbiasa dengan ujaran kebencian di media sosial. Jadi jika Anda berhadapan dengan orang itu, Anda merasa harus membalasnya. Itu konyol," sergahnya.

Baca juga: Presiden Perancis Berniat Singkirkan Bahasa Inggris jika Dapat Giliran Presiden Uni Eropa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com