YANGON, KOMPAS.com - Demo menentang kudeta Myanmar masih bergejolak, dan terbaru ribuan massa menyerukan Spring Revolution atau revolusi musim semi.
Unjuk rasa kali ini adalah yang terbaru, menandai empat bulan sejak pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi digulingkan militer pada 1 Februari.
Massa mulai berorasi di Yangon kota pusat komersial Myanmar. Para pemuda berkumpul di sudut jalan tetapi segera bubar untuk menghindari bentrokan dengan aparat keamanan.
Baca juga: 3 Bulan Kudeta Militer Myanmar, Perlawanan Rakyat Belum Padam
"Untuk mendapatkan demokrasi adalah tujuan kita!" teriak mereka sambil mengacungkan salam 3 jari.
"Untuk menjauhkan kediktatoran militer adalah jalan kita!" lanjutnya.
Di Mandalay ratusan orang turun ke jalan dipimpin para biksu berbaju kuning, membawa bendera partai National League for Democracy (NLD)-nya Suu Kyi.
Kemudian di negara bagian Shan, para pemuda membawa spanduk bertuliskan, "Kami tidak mau diperintah."
Pukul 10 pagi kekerasan pecah di negara bagian Hsipaw, ketika aparat keamanan menindak demonstran di sana dan menewaskan sedikitnya satu orang.
Baca juga: Komandan Militer Tertinggi Myanmar Keluarkan Memo Internal Bunuh Pengunjuk Rasa