Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Ekspatriat Kabur dari Tsunami Covid-19 India: Carter Jet Pribadi ke UEA

Kompas.com - 29/04/2021, 10:23 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com – Orang-orang India dari komunitas ekspatriat yang bekerja di Uni Emirat Arab (UEA) terdampar di tanah air mereka akibat tsunami Covid-19.

Mereka tidak bisa kembali ke UEA karena penerbangan komersial dari India ke negara Timur Tengah tersebut ditangguhkan.

Akhirnya, mereka berbondong-bondong mengontak operator jet pribadi agar bisa kembali ke UEA.

Baca juga: Seorang Pria di India Jalan Kaki Gendong Mayat Istri Korban Covid-19 Sejauh 3 Km

Diperkirakan ada 3,5 juta orang India tinggal dan bekerja di UEA sebagaimana dilansir AFP, Kamis (29/4/2021).

Penangguhan penerbangan pesawat komersial dari India ke UEA dimulai pada Minggu (25/4/2021).

Karena alasan itulah, komuniats ekspatriat ini memilih operator penerbangan jet pribadi sebagai celah untuk bisa masuk ke UEA.

Para ekspatriat yang terjebak di India panik karena kasus Covid-19 di India meroket pada gelombang kedua.

Baca juga: Jenazah Korban Covid-19 di Ibu Kota India Terus Bertambah, Krematorium Khusus Anjing Dipakai

Selama beberapa hari terakhir, jumlah kasus harian virus corona di India melampaui 300.000 kasus dalam sehari.

Bahkan untuk pertama kalinya, India melaporkan lebih dari 3.000 kematian dalam sehari pada Rabu (28/4/2021).

T Patel, seorang pengusaha yang tinggal di Dubai, berupaya sekuat tenga membawa kembali istri dan tiga anaknya dari saudara laki-lakinya yang saat ini terjebak di Bangalore.

"Saya sedang menjajaki opsi jet pribadi. Memang butuh banyak uang, tetapi jika saya tidak punya cara lain untuk membawa mereka kembali, maka saya akan melakukannya," kata Patel.

Baca juga: India Diguncang Gempa Bermagnitudo 6.0 Saat Berjuang Hadapi Covid-19

Harga melonjak

Pada Maret tahun lalu, di awal pandemi Covid-19, UEA melarang penerbangan komersial ke negaranya untuk mencegah penyebaran virus corona.

Karena tak punya pilihan lain, beberapa keluarga mau tak mau merogoh koceknya dalam-dalam untuk mencarter pesawat pribadi yang kala itu masih diizinkan memasuki Dubai.

Kala itu, Patel juga termasuk orang-orang yang rela merogoh koceknya untuk menerbangkan keluarganya ke Dubai.

Dia membayar 10.500 dollar AS (Rp 151 juta) untuk membawa orangtua dan keponakannya ke Dubai, hampir 20 kali lipat harga tiket pesawat reguler.

"Saya menunggu selama dua bulan dan akhirnya menyewa jet pribadi, biayanya dibagi oleh beberapa penduduk yang sama-sama putus asa," kata Patel.

Baca juga: 9 Mitos dan Fakta Hinduisme di Tengah Masyarakat India

Tahun ini, sebelum larangan penerbangan terbaru ditetapkan UEA, lusinan operator pesawat carter sibuk menerbangkan penumpang dari India ke Dubai.

Operator-operator pesawat jet carter ini mengaku permintaan melonjak tajam.

Sebuah jet dengan 13 kursi yang terbang dari Mumbai ke Dubai berharga antara 35.000 dollar AS (Rp 506 juta) hingga 38.000 dollar AS (Rp 549 juta). Harga dari kota lain bahkan lebih tinggi.

Tetapi ketika permintaan melonjak, operator berusaha keras untuk mengklarifikasi aturan seputar pesawat pribadi yang mendarat di UEA.

"Penerbangan carteran perlu mendapat persetujuan dari Otoritas Penerbangan Sipil Umum dan kementerian luar negeri (UEA) untuk beroperasi. Tapi kami tidak tahu siapa yang dikecualikan untuk bepergian," kata Tapish Khivensra, CEO Enthrall Aviation Private Jet Charter.

Otoritas UEA mengatakan, warga negara UEA, diplomat, delegasi resmi, dan "pesawat bisnis" dikecualikan dari larangan tersebut. Asalkan penumpang mematuhi aturan termasuk karantina 10 hari.

Baca juga: Krisis Covid-19 di India, Jenazah Ayah Diikat Anaknya di Atas Mobil

Berapa pun biayanya

Ekspatriat lain yang tinggal di Dubai, Purushothaman Nair, mengaku siap untuk menghabiskan banyak uang untuk kembali ke UEA.

"Saya dan istri saya di India hanya 10 hari. Kami harus terbang kembali ke Dubai dengan biaya berapa pun," tutur Nair, yang bekerja di sektor pemerintahan, kepada AFP.

"Ada banyak orang yang bersedia membayar. Bagaimana mungkin orang-orang dengan kepentingan bisnis dan tanggung jawab besar di UEA dapat menjauh untuk waktu yang lebih lama?" sambung Nair.

Dia mengaku lebih takut terinfeksi virus corona daripada harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak supaya bisa kembali ke Dubai.

Baca juga: Tak Bisa Selamatkan Pasien Covid-19, Dokter di India Dipukuli Kerabatnya

Sementara yang lain mempertaruhkan pekerjaan mereka bila tidak segera kembali ke Dubai.

"Jika saya tidak bisa datang dalam beberapa minggu, pekerjaan saya dipertaruhkan. Bos saya sudah menekan saya dan meminta saya untuk melakukan perjalanan ke UEA melalui negara lain," kata Jameel Mohammed kepada AFP.

Mohammed diberi cuti pada Maret dan terbang India untuk menengok putranya setelah tidak bersua selama sekian lama.

"Saya tidak mampu membayar uang sebanyak itu. Tetapi jika pilihannya adalah antara kehilangan pekerjaan dan meminjam uang, saya akan meminjam uang dan terbang kembali," tutur Mohammed.

Baca juga: [Perempuan Berdaya] 7 Pejuang Wanita dari India yang Pilih Bertarung hingga Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Global
Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Global
Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Global
Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Global
4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

Global
Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Global
Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Global
Kalah Gugatan, McDonald's Harus Ganti Nama Chicken Big Mac di Eropa

Kalah Gugatan, McDonald's Harus Ganti Nama Chicken Big Mac di Eropa

Global
Rangkuman Hari Ke-835 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Penuhi Kriteria Gabung UE | Rusia Anggap Perancis Siap Ikut Perang

Rangkuman Hari Ke-835 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Penuhi Kriteria Gabung UE | Rusia Anggap Perancis Siap Ikut Perang

Global
Anak Usia 2,5 Tahun di Australia Positif Flu Burung H5N1, Sempat Masuk ICU

Anak Usia 2,5 Tahun di Australia Positif Flu Burung H5N1, Sempat Masuk ICU

Global
Serangan Israel Tewaskan Wali Kota Nuseirat Gaza Saat Cek Pompa Air untuk Penduduk

Serangan Israel Tewaskan Wali Kota Nuseirat Gaza Saat Cek Pompa Air untuk Penduduk

Global
Muncul Laporan Benny Gantz Akan Umumkan Mundur dari Kabinet Perang Israel

Muncul Laporan Benny Gantz Akan Umumkan Mundur dari Kabinet Perang Israel

Global
PBB Masukkan Israel ke Daftar Pelaku Pelanggaran terhadap Anak-anak

PBB Masukkan Israel ke Daftar Pelaku Pelanggaran terhadap Anak-anak

Global
Lagi, Israel Serang Sekolah yang Dikelola UNRWA di Gaza

Lagi, Israel Serang Sekolah yang Dikelola UNRWA di Gaza

Global
PM Denmark Frederiksen Dipukul Seorang Pria di Kultorvet Kopenhagen

PM Denmark Frederiksen Dipukul Seorang Pria di Kultorvet Kopenhagen

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com