ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan pernyataan resmi Presiden Amerika Serikat Joe Biden atas genosida Armenia, sebagai "tidak berdasar, tidak adil dan tidak realistis."
“Sebagai orang Turki, kami percaya bahwa tidak manusiawi untuk melawan penderitaan sejarah,” kata Erdogan melansir The World pada Selasa (27/4/2021).
Dia menyerukan para ahli dari luar negeri untuk mengunjungi arsip Turki, dan mendengar sisi cerita mereka.
“Jika Anda menyebutnya 'genosida,' Anda harus bercermin dan mengevaluasi diri Anda sendiri,” tegasnya.
Anggota parlemen AS, kelompok hak asasi manusia Barat dan pemerintah Armenia memuji langkah Biden yang mengakui pembunuhan era Perang Dunia I sebanyak 1,5 juta orang Armenia di Kekaisaran Ottoman, pendahulu Turki modern, sebagai genosida.
Armenia yang bersyukur atas pernyataan itu mengatakan bahwa mereka menghargai "posisi berprinsip" Biden, sebagai langkah menuju "pemulihan kebenaran dan keadilan historis".
Biden menindaklanjuti janji kampanye yang dia buat setahun yang lalu pada Sabtu (24/4/2021), dalam peringatan tahunan Hari Genosida Armenia.
AS menyatakan mengakui bahwa peristiwa yang dimulai pada 1915, adalah upaya yang disengaja untuk membunuh dan mendeportasi orang-orang Armenia.
Tahun lalu, Presiden AS ke 46 itu berpendapat bahwa kegagalan menyebut kekejaman terhadap orang-orang Armenia sebagai genosida, akan membuka jalan bagi kekejaman massal di masa depan.
Istilah yang digunakan Biden adalah yang pertama untuk Presiden AS yang menjabat, kecuali untuk sekilas ucapan serupa yang dibuat oleh Ronald Reagan pada 1981, yang kemudian diikuti era Perang Dingin selama beberapa dekade untuk menghindari masalah tersebut.
Langkah itu mengganggu hubungan AS dan Turki. Tetapi para pemimpin Turki bukanlah satu-satunya yang menolak pengakuan Biden.
Baca juga: AS Tak Terima dengan Sanksi China Soal Genosida Muslim Uighur
Senin pagi (26/4/2021), sekelompok kecil demonstran berkumpul di luar konsulat Amerika di Istanbul untuk memprotes keputusan Biden. Mereka membawa serta marching band dalam unjuk rasanya.
"Mereka hanya percaya bahwa menyebutnya sebagai genosida adalah mengejek bangsa Turki, membuat mereka terlihat seperti monster," kata Rag?p Soylu, koresponden Turki untuk Middle East Eye, merujuk pada pendapat dominan di Turki.
“Kisah dasar Turki modern terletak pada Perang Dunia I dan setelahnya. Tentu saja, orang-orang tersinggung,” kata Soylu menambahkan bahwa ini adalah nenek moyang Turki yang sedang kita bicarakan.
“Mereka pikir itu bukan genosida, itu hanya pertempuran di lapangan. Dan banyak orang Turki, warga sipil Turki juga tewas, ”kata Soylu.