Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Myanmar Sebar “Molotov” Lawan Pemutusan Internet Junta

Kompas.com - 11/04/2021, 17:21 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Pemuda Myanmar berjuang melawan junta yang memutus internet dan mengekang penyebaran informasi, dengan mencetak buletin secara diam-diam lalu membagikannya ke seluruh komunitas.

Selama 56 hari berturut-turut telah terjadi pemutusan internet di Myanmar yang dilanda kudeta, menurut kelompok pemantau NetBlocks.

Baca juga: Korban Sipil Tewas di Kudeta Myanmar Capai Lebih dari 700 Orang

Negara itu berada dalam kekacauan sejak pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi digulingkan dalam kudeta 1 Februari.

Aksi tersebut memicu pemberontakan massal, dan dibalas dengan tindakan keras aparat yang dengan brutal menewaskan 700 warga sipil.

Lynn Thant (33 tahun), bukan nama sebenarnya, adalah orang yang memulai penerbitan buletin ilegal ini. Untuk menarik perhatian kaum muda, namanya dibuat unik yaitu Molotov.

"Ini adalah tanggapan kami terhadap mereka yang memperlambat arus informasi - dan itu merupakan ancaman bagi kami," katanya kepada AFP diwartakan Minggu (11/4/2021).

Ribuan pembaca di seluruh negeri bisa mengunduh versi PDF dari publikasi tersebut. Sementara salinan fisiknya didistribusikan ke seluruh lingkungan di Yangon dan Mandalay dan daerah lainnya.

Tangkap layar video AFPTV yang diambil pada 10 April 2021 menunjukkan buletin ilegal yang diproduksi untuk menyebarkan informasi di Yangon.AFPTV via AFP Tangkap layar video AFPTV yang diambil pada 10 April 2021 menunjukkan buletin ilegal yang diproduksi untuk menyebarkan informasi di Yangon.

Baca juga: Cerita Pengungsi yang Kabur dari Myanmar, 2 Kali Gagal Kabur ke India

Lynn Thant sadar akan risiko yang mengintainya.

Polisi dan tentara menangkap lebih dari 3.000 orang sejak kudeta tersebut, menurut kelompok pemantau lokal Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Sekitar 180 selebriti terkenal termasuk aktor, penyanyi, dan influencer media sosial berada dalam daftar surat perintah penangkapan.

Mereka bisa menghadapi hukuman penjara tiga tahun jika terbukti menyebarkan perbedaan pendapat terhadap militer.

"Jika kita menulis literatur revolusioner dan mendistribusikannya seperti ini, kita bisa berakhir di penjara selama bertahun-tahun," katanya, wajahnya disembunyikan dengan topeng Guy Fawkes yang dipopulerkan oleh film distopia "V for Vendetta".

Tapi menurutnya jika salah satu dari timnya ditangkap, ada anak muda lain yang akan terus memproduksi buletin Molotov.

“Bahkan jika salah satu dari kita terbunuh, orang lain akan muncul ketika seseorang jatuh (tewas). Buletin Molotov ini akan terus ada hingga revolusi berakhir dan berhasil."

Baca juga: [Cerita Dunia] 8888, Demo Skala Besar di Myanmar Menentang Kekuasaan Miluter

Dia mengatakan sejauh ini publikasi tersebut telah menjangkau lebih dari 30.000 orang di Facebook. Pembaca utamanya adalah para aktivis Generasi Z.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com