MOSKWA, KOMPAS.com – Beberapa tahun terakhir, Rusia dan China menjalin kemitraan yang semakin erat.
Namun demikian, kedua negara tersebut tidak melihat adanya manfaat potensial dalam membangun aliansi formal untuk menyaingi NATO di Eropa.
Baca juga: Bagaimana Cara Rusia Melindungi Presiden Putin dari Covid-19
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (6/4/2021) sebagaimana dilansir Russian Today.
Pernyataan itu disampaikan Lavrov kepada wartawan saat dia berkunjung ke India.
Lavorv mengakui bahwa hubungan negaranya dengan “Negeri Panda” telah mencapai tingkat yang terbaik dalam sejarah.
Kendati demikian, kemesaraan hubungan tersebut tidak membuat keduanya berminat menciptakan aliansi angkatan bersenjata.
Baca juga: Pasukan Khusus Rusia Disebut Pakai Tanda Palang Merah untuk Latihan Menyergap Brutal
Lavrov bahkan mengkritik isu yang muncul mengenai pembentukan “NATO Timur” atau “Blok Timur” atau bahkan “NATO Asia”.
“Kami telah bertukar pandangan tentang masalah ini. Kami berbagi posisi yang sama dengan teman-teman India kami bahwa ini akan menjadi kontraproduktif,” tutur Lavrov.
Di sisi lain, hubungan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Hubungan keduanya memburuk setelah konflik antara Rusia dengan Ukraina semakin memanas terkait situasi terkini di Donbass.
Baca juga: Konflik dengan Ukraina Makin Panas, Rusia Cek Kesiapan Tempur Tentaranya
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.