Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Khusus Rusia Disebut Pakai Tanda Palang Merah untuk Latihan Menyergap Brutal

Kompas.com - 07/04/2021, 17:08 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Pasukan khusus Rusia disebut menggunakan logo Palang Merah untuk mempraktikan teknik penyergapan yang brutal.

Komando khusus angkatan laut nampak menggunakan kendaraan medis sebagai kamuflase saat menghadapi musuh.

Mereka disebut berada di jarak 9 km dekat perbatasan Norwegia, di mana taktik itu berpotensi melanggar Konvensi Jenewa.

Baca juga: Gambar Satelit: Kehadiran Militer Rusia Meningkat di Kutub Utara

Strategi yang diunggah di Kementerian Pertahanan Rusia tak pelak menuai kemarahan dari pakar militer Barat.

Sementara Kremlin menyebut, Tim Pengintai Spetsnaz Infanteri Ke-61 Angkatan Laut tengah membuat penyesuaian dalam latihan.

Sumber mantan angkatan darat Inggris menuturkan, dia melihat strategi pasukan khusus itu "begitu menyeramkan".

"Jika tentara Rusia menggunakan ambulans yang membawa logo Palang Merah, mereka sudah mengkhianati kemanusiaan," ujar dia.

Simon Diggins, mantan atase pertahanan Inggris di Afghanistan menuturkan, perang itu selalu berdarah dan melanggar hukum mana pun.

"Salah satu dari sedikit kemanusiaan dan kesusilaan dalam perang adalah penghormatan yang dipegang Palang Merah maupun Bulan Sabit Merah," jelasnya.

Baca juga: Militer Rusia Makin Dekat ke Wilayah Ukraina, Ancaman Pecah Perang Makin Besar

Pensiunan Kolonel itu menerangkan, dua simbol tersebut merupakan kesempatan bagi pihak yang bertikai untuk mendahulukan kemanusiaan.

Karena itu, Diggins mengatakan jika kabar taktik itu benar, maka pasukan "Negara Beruang Merah" berniat melakukan kejahatan perang.

"Saya begitu marah dan sedih dengan kabar ini. Saya percaya, mereka juga sudah mengkhianati rakyat mereka," jelas Diggins.

Dia mengungkapkan, dia pernah bekerja sama dengan pasukan Rusia di PBB. "Mereka sama seperti kita, orang-orang baik."

Karena itu, Diggins berujar dia tidak memercayai ada pihak yang sampai menyalahgunakan simbol di konflik bersenjata.

Baca juga: Konflik dengan Ukraina Makin Panas, Rusia Cek Kesiapan Tempur Tentaranya

Mantan tentara "Negeri Beruang Merah" mengakui, mereka baru tahu pentingnya Palang Merah setelah tidak lagi aktif berdinas.

Berdasarkan keterangan Kremlin, balatentara khusus itu berlatih di Pechenga untuk teknik penyerbuan, penyergapan, dan kontra-sabotase.

Dilansir Daily Mirror Selasa (6/4/2021), kabar itu muncul di tengah ketegangan Moskwa dengan Ukraina.

Kiev menuding Moskwa mengerahkan ribuan tentara dan kendaraan lapis baja ke perbatasan timur Ukraina.

Baca juga: Panas dengan Rusia, Ukraina Minta Keanggotaan NATO Dipercepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com