Selain itu, ada misi besar lain yang diemban presiden kedua IOC tersebut, yakni menghasilkan generasi siap perang.
Rupanya, Baron de Coubertin masih trauma dengan kekalahan Perancis dalam perang melawan Prussia (Jerman) pada 19 Juli 1870 sampai 10 Mei 1871.
Baca juga: Ini Jumlah Tiket Olimpiade Tokyo yang Terjual di Jepang
Dari sekitar 280 atlet yang mengikuti acara, tidak ada satu pun yang berjenis kelamin perempuan.
Coubertin saat itu memang melarang partisipasi wanita, karena dia menganggap "tidak menarik, tidak praktis, dan tidak benar".
Barulah empat tahun kemudian, tepatnya pada Olimpiade Paris 1900, perempuan diizinkan untuk bertanding.
Saat itu, sebanyak 22 wanita dari totak 997 atlet, di mana mereka ikut di cabor tenis, berlayar, kroket, berkuda, dan golf.
Baca juga: Olimpiade Tokyo, Kesempatan untuk Atlet Asing Jelang Pembukaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.