“Kami adalah keluarga yang sangat miskin, tapi ayahnya membiayai dia untuk mengenyam pendidikan,” kata ibu Saadia, Sima.
“Dia berharap suatu saat bisa membelikan kami rumah sendiri, karena ini rumah sewa,” ujar Saadia mengenak putrinya.
"Dia bermimpi membuat sesuatu dalam hidupnya dan melayani negaranya," ujarnya.
"Tapi, dia tidak bisa melakukan semua itu. Mimpinya terkubur bersamanya," ungkapnya.
Banyak yang menyalahkan Taliban atas serentetan serangan yang terjadi, tetapi di Jalalabad kelompok ISIS mengklaim sebagai pelaku penyerangan.
Baca juga: 7 Orang Etnis Minoritas Hazara Diikat Lalu Ditembak Brutal di Afghanistan
Haya dan Nadia biasa membawa pertunjukan musik, tapi karena serangan pembunuhan yang banyak menarget wanita, terpaksa mereka berhenti siaran.
Banyak jurnalis wanita telah meninggalkan pekerjaannya, tetapi Haya bertekad untuk kembali bekerja ketika dia bisa.
“Menakutkan. Ancamannya 100 persen nyata,” kata Haya Habibi.
"Setiap kali saya meninggalkan rumah, saya merasa saya tidak akan pernah kembali," ungkap Haya.
"Tapi, saya tidak akan berhenti melakukan ini. Saya akan terus mengabdi pada negara melalui pekerjaan saya," ujarnya yang bertekad untuk dapat bekerja kembali.
Baca juga: Konflik Pemerintah Afghanistan 3 Wartawan Wanita Jadi Sasaran Pembunuhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.