Pendapat lain mengatakan, bangunan makam itu adalah bukti bahwa pada abad ke-17 dan 18 kawasan itu dilanda wabah kolera.
Mereka yang jatuh sakit, dengan sukarela pergi ke bangunan-bangunan kecil itu dengan berbekal sedikit makanan dan air pada detik-detik terakhir hidup mereka agar tidak menulari yang lain.
Dalam bahasa lokal Ossetia, sebuah tulisan dengan cat merah terukir, "Pandangilah kami dengan cinta. Dulu kami sepertimu, dan kamu akan seperti kami."
Tidak diketahui siapa yang membuat tulisan itu, namun selama berabad-abad, bangunan makam kecil dengan jendela tunggal dan tulisan itu menjadi daya tarik.
Ada juga yang menceritakan bahwa mereka yang sakit masuk ke dalam peti mati kayu yang dibuat menyerupai perahu. Salah satu mayat bahkan ditemukan berbaring di sisi dayung.
Beberapa sejarawan berpikir, penduduk kuni saat itu mungkin percaya bahwa dengan mati di dalam peti mati kayu berbentuk sampan akan "memudahkan mereka menyeberangi sungai menuju surga".
Baca juga: Kisah Misteri: Bagaimana Wabah Black Death Melahirkan Mitos tentang Vampir?
Sejak 2016, situs Kota Orang Mati Dargavs mulai banyak diminati wisatawan dengan orang-orang dari Kaukasus Utara berbondong-bondong mengunjungi tempat "mengerikan" itu.
Sayangnya, situs yang bernilai daya tarik wisata itu kurang mendapatkan perlindungan dari pemerintah setempat kala itu.
Melansir Rossiskaya Gazeta, para wisatawan yang tidak bermoral biasanya akan mencuri beberapa tengkorak dan bahkan membuat asbak atau pemberat kertas dari tulang-tulang yang mereka "comot" dari situs itu.
Padahal, tulang-tulang itu bukanlah tulang tiruan, melainkan tulang belulang dan kerangka asli dari jasad manusia yang pernah tinggal dan hidup di Dargavs sekitar 600 atau 700 tahun yang lalu.
Selama 20 tahun terakhir, sebagian besar tulang belulang itu ironisnya telah dicuri.
Sampai kini, asal-usul Kota Orang Mati masih menjadi misteri. Namun, demi perbaikan di masa mendatang, pemerintah daerah Ossetia mulai berupaya melindungi situs bersejarah tersebut.
Pemerintah setempat mulai memperkuat pengawasan terhadap kunjungan para turis agar warisan sejarah di sana tidak semakin banyak hilang dicuri.
Baca juga: Kisah Misteri: Menelusuri Sejarah Zombie di Haiti
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.