Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Cerita Dunia] Terciptanya Guillotine oleh Dua Dokter Bedah

Kompas.com - 06/02/2021, 22:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Forbes,AFP

PARIS, KOMPAS.com - Guillotine, alat yang terkenal dipakai untuk memenggal kepala narapidana tempo dulu, dicetuskan konsepnya oleh seorang ahli bedah sebagai alternatif eksekusi mati.

Penemu konsepnya adalah dokter asal Perancis bernama Joseph-Ignace Guillotin. Namun, ia tidak mendesain guillotine dan tidak pernah mengoperasikannya.

Menurut artikel Forbes pada 3 November 2020, Guillotin hanya menuntut reformasi hukuman mati agar bisa berjalan lebih cepat.

Baca juga: [Cerita Dunia] Kenapa Burma Berubah Menjadi Myanmar? Berikut Kisahnya

Guillotin sendiri adalah salah satu dokter paling terkemuka di Perancis. DIa punya pengaruh besar dan aktif secara politik.

Sebenarnya Guillotin ingin menghapus hukuman mati, tetapi ia sadar upayanya akan sia-sia di Eropa abad ke-18. Akhirnya dia menganjurkan reformasi tentang hukuman mati.

Sosok Guillotin sangat populer pada masanya. Dia termasuk di antara deputi yang dipanggil ke Estates-General pada 1789, tahun dimulainya revolusi.

Estates-General setara dengan parlemen atau kongres, tetapi tidak punya wewenang membuat atau mencabut undang-undang.

Dewan tersebut hanya rapat ketika raja memanggil, dan pada dasarnya bertugas sebagai komite penasihat.

Baca juga: [Cerita Dunia] Chamoy Thipyaso Dipenjara 141.078 Tahun, Korbannya 16.000 Orang

Pada Oktober 1789 Guillotin mengajukan proposal ke Majelis Nasional, menyerukan para deputi agar mereformasi cara Perancis mengeksekusi penjahat.

Pangkal persoalannya adalah durasi eksekusi. Dengan dipenggal memakai alat, Guillotin berpendapat proses itu tidak akan menimbulkan rasa sakit.

Akan tetapi, saat itu Guillotin tidak punya gambaran bagaimana cara memenggal cepat, desain alat, atau cara membuatnya.

Dekade 1780-an Perancis masih membakar beberapa narapidana di tiang pancang atau menggantung mereka.

Metode gantung lebih jamak dipakai, tetapi biasanya memakan waktu beberapa menit karena terpidana mati bakal tersedak sampai tewas.

Baca juga: [Cerita Dunia] Kisah Heroik Kapten Sully Selamatkan 150 Penumpang Pesawat

Orang-orang menyaksikan eksekusi mati Eugene Weidmann pada 17 Juni 1939 di Versailles, luar penjara Saint-Pierre. Weidmann adalah orang terakhir yang dieksekusi dengan guillotine di depan publik. Eksekusi terbuka itu menjadi kontroversi, lalu Presiden Albert Lebrun menggantinya secara tertutup.AFP Orang-orang menyaksikan eksekusi mati Eugene Weidmann pada 17 Juni 1939 di Versailles, luar penjara Saint-Pierre. Weidmann adalah orang terakhir yang dieksekusi dengan guillotine di depan publik. Eksekusi terbuka itu menjadi kontroversi, lalu Presiden Albert Lebrun menggantinya secara tertutup.
Ide Guillotin, karya Antoine Louis

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Guillotin bukan perancang atau pembuat guillotine.

Ide Guillotin tadi kemudian diwujudkan oleh dokter bedah lainnya bernama Antoine Loiuis, yang bekerja sama dengan pengadilan kriminal dan pembuat alat musik harpischord.

Konsep guillotine sebenarnya tidak benar-benar baru, karena negara lain ada yang sudah mengadopsi cara kerja alatnya.

Setidaknya pada 1280-1650 pengadilan Inggris menggunakan alat yang disebut Halifax Gibbet untuk memenggal kepala penjahat. Bentuknya mirip guillotine, hanya saja berbeda karena memakai kapak, bukan pisau lurus.

Pengadilan di Edinburgh, Skotlandia, juga memakai alat serupa yang disebut Maiden sekitar 1560-1710.

Louis lalu mempresentasikan rancangannya ke Majelis Nasional pada Maret 1792, bulan yang sama ketika reformasi Guillotin menjadi hukum nasional.

Majelis Nasional pun tidak membuang waktu, guillotine langsung melakoni "debutnya" pada 25 April 1792. Alat itu terus dipakai sampai hampir 200 tahun kemudian.

Eksekusi terakhir guillotine terjadi pada 1977 ketika Perancis mengeksekusi seorang pria karena kasus penculikan dan pembunuhan mantan pacarnya.

Baca juga: [Cerita Dunia] Mikhail Gorbachev Mundur, Uni Soviet Runtuh

Foto tertanggal 20 September 2002 menampilkan eksekutor guillotine terakhir Perancis yang masih hidup di Aljazair, yaitu Fernand Meysonnier, yang berfoto dengan miniatur guillotine di Fontaine-de-Vaucluse, Perancis selatan. Replika itu dibuatnya saat berusia 15 tahun sebagai hadiah untuk ayahnya yang merupakan kepala eksekutor, dan mengajari Meysonnier sebagai murid pada 1947.AFP PHOTO/GERARD JULIEN Foto tertanggal 20 September 2002 menampilkan eksekutor guillotine terakhir Perancis yang masih hidup di Aljazair, yaitu Fernand Meysonnier, yang berfoto dengan miniatur guillotine di Fontaine-de-Vaucluse, Perancis selatan. Replika itu dibuatnya saat berusia 15 tahun sebagai hadiah untuk ayahnya yang merupakan kepala eksekutor, dan mengajari Meysonnier sebagai murid pada 1947.
Guillotin bukan tewas karena guillotine

Beberapa rumor menyebutkan, Guillotin tewas di mata pisau alatnya sendiri, tetapi ternyata klaim itu salah orang.

Pengadilan Perancis memang mengeksekusi seorang dokter bernama Guillotin dengan guillotine sekitar pergantian abad ke-19, tetapi orang yang dipenggal bernama Dr JMV Guillotin dari Lyon, bukan Dr JI Guillotin dari Saintes.

Guillotin pencetus konsep guillotine mengembuskan napas terakhirnya di rumah pada 1814 di usia 75 tahun.

Guillotine tidak membunuh Guillotin, tetapi alat itu mencoreng citranya sebagai reformis hukuman mati.

Baca juga: [Cerita Dunia] 10 Tahun Arab Spring, Mengenang Mohamed Bouazizi

Dengan namanya yang melekat di alat itu, sulit bagi Guillotin untuk memperjuangkan berakhirnya hukuman mati.

Keluarganya lalu mengajukan petisi ke Pemerintah Perancis untuk secara resmi mengubah nama alat itu, tetapi permintaannya ditolak.

Hanya Jerman yang mengganti namanya, yaitu menjadi fallbeil atau kapak jatuh.

Akhirnya keluarga Guillotin yang mengalah, dengan mengubah namanya sendiri untuk lepas dari bayang-bayang alat sadis tersebut yang menjadi cerita dunia bersejarah.

Baca juga: [Cerita Dunia] Otto Warmbier dan Liburan ke Korut yang Berujung Maut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com