Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Negara Desak Iran soal Pesawat Ukraina yang Ditembak Jatuh

Kompas.com - 10/01/2021, 09:24 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

LONDON, KOMPAS.com - Menteri luar negeri dari lima negara mendesak Iran untuk tak menunda investigasi pesawat yang jadi korban salah tembak pada Januari 2020.

Menteri dari Kanada, Ukraina, Swedia, Afghanistan, dan Inggris bertemu di London dan berdiskusi bagaimana cara membujuk Teheran.

Sebabnya, mereka ingin mendapatkan akses penuh terkait detil jatuhnya Ukraine International Airlines pada 8 Januari 2020.

Baca juga: Fakta Baru, Pilot Pesawat Ukraina Sempat Masih Hidup Usai Dihantam Rudal Iran

Para menteri luar negeri itu juga mendiskusikan bagaimana cara agar kompensasi bisa diberikan secara layak kepada keluarga korban.

Kelima negara itu warga negaranya menjadi korban tewas, di mana Iran tak sengaja menembak jatuh pesawat dengan call sign PS752.

Dalam pernyataan bersama, kelima negara itu bermaksud meminta penjelasan resmi dari Teheran, untuk memastikan insiden itu tak terulang lagi.

"Negara kami akan terus menganggap Iran bertanggung jawab, dan memastikan mereka siap jika dihadapkan pada keluarga korban," ujar para menteri.

Di Teheran, jaksa penuntut militer Gholam Abbas Torki menyatakan ada 10 perwira Garda Revolusi yang mendapat sanksi disiplin.

Sebagian dari mereka sudah dipecat, dan seluruhnya bakal dihadapakn pada persidangan, dilaporkan Sky News Sabtu (9/1/2021).

Baca juga: Insiden Salah Tembak Pesawat Ukraina, Iran Sebut Adanya Human Error

Garda Revolusi mengakui, mereka tak sengaja menembak pesawat Ukraina International Airlines yang baru beberapa menit lepas landas.

Mereka mengaku insiden itu terjadi saat Iran baru saja membombardir dua pangkalan Amerika Serikat (AS) di Irak.

Serangan Teheran itu menjadi balasan setelah lima hari sebelumnya, AS membunuh komandan top mereka, Qasem Soleimani.

Baca juga: MIliter Iran Disebut Berusaha Tutupi Fakta Pesawat Ukraina yang Ditembak Jatuh

Pekan lalu, Teheran mengungkapkan mereka mengalokasikan dana 150.000 dollar AS (Rp 2 miliar) sebagai ganti rugi bagi 176 korban tewas.

Namun, Ukraina menolak dan menuntut pemerintahan Presiden Hassan Rouhani untuk membayar kompensasi penuh tanpa menyebutkan jumlahnya.

Selain itu, Kiev meminta agar besaran ganti rugi bisa disepakati melalui jalur negosiasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com