Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Harga Melonjak, WHO Minta Negara Kaya dan Produsen Vaksin Hentikan Kesepakatan Bilateral

Kompas.com - 09/01/2021, 14:39 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

JENEWA, KOMPAS.com - Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau pembuat vaksin Covid-19 dan negara-negara kaya yang membelinya, untuk "berhenti membuat kesepakatan bilateral."

Melansir AP pada Jumat (8/1/2021), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan hal itu merugikan upaya yang didukung PBB untuk memperluas akses ke vaksin.

Menurutnya, 42 negara sekarang meluncurkan program vaksinasi Covid-19. Sebagian besar adalah kelompok negara dengan pendapatan perkapita tinggi dan beberapa negara berpenghasilan menengah.

Dia meminta negara-negara yang memiliki lebih banyak dosis vaksin daripada yang mereka butuhkan, untuk menyediakan fasilitas COVAX, proyek yang didukung PBB untuk menyebarkan vaksin secara luas ke seluruh dunia.

“Sekarang, kami juga melihat negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah yang merupakan bagian dari COVAX, membuat kesepakatan bilateral tambahan,” katanya kepada wartawan di Jenewa.

Baca juga: Netanyahu Teror Bos Pfizer dan Bayar Lebih Mahal untuk Kejar Pasokan Vaksin Covid-19

“Ini berpotensi menaikkan harga untuk semua orang dan berarti orang-orang berisiko tinggi di negara-negara termiskin dan paling terpinggirkan tidak mendapatkan vaksin.”

“Saya mendesak negara dan produsen untuk berhenti membuat kesepakatan bilateral dengan mengorbankan COVAX,” kata Tedros, direktur jenderal WHO.

Tedros juga mendesak produsen untuk menyediakan data tentang vaksin mereka. PBB membutuhkan data tersebut untuk membuat "daftar penggunaan darurat" yang dapat mempercepat distribusi vaksin.

“Kurangnya data semacam itu "menghalangi seluruh sistem pengadaan dan pengiriman," katanya.

Pejabat WHO, umumnya menghindari menunjuk negara dan perusahaan tertentu yang mereka butuhkan untuk bekerja sama. Tidak ada rincian pihak mana yang perlu berbuat lebih banyak untuk membantu memperluas akses ke vaksin.

Tetapi Kanada, misalnya, dikenal memiliki akses yang jauh lebih besar ke vaksin yang dibutuhkan penduduknya.

Sementara produsen mitra Pfizer dan BioNTech, belum mencapai kesepakatan untuk ambil bagian dalam Fasilitas COVAX milik WHO. Padahal vaksin produksinya adalah yang pertama mendapat persetujuan penggunaan darurat dari WHO dan negara-negara seperti AS dan Inggris.

Baca juga: Vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech Berhasil Lawan Varian Baru Virus Corona

Dr Bruce Aylward, Penasihat Khusus Eksekutif WHO, mengatakan 50 persen dari negara-negara berpenghasilan tinggi mendistribusikan vaksin, dan “nol persen” dari negara-negara miskin melakukan hal serupa.

“Itu bukan akses yang adil,” katanya.

Sharon Castillo, juru bicara Pfizer, mengatakan perusahaannya dan BioNTech "berkomitmen kuat untuk akses yang adil dan terjangkau" ke vaksin mereka untuk orang-orang di seluruh dunia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com