Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Rasanya Disuntik Vaksin Covid-19? Berikut Penuturan Kontributor Kompas.com di Swiss

Kompas.com - 08/01/2021, 20:13 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

ZURICH, KOMPAS.com - Saat ini, negara di berbagai penjuru dunia sudah berlomba-lomba untuk memberikan vaksin Covid-19 kepada warganya.

Tak terkecuali di Swiss, di mana kontributor Kompas.com Krisna Diantha memaparkan pengalamannya saat mendapatkan vaksin yang berasal dari Pfizer-BioNTech itu.

PENANTIAN itu tidak terlalu lama. Tidak sampai sepekan setelah mendaftar, saya langsung mendapatkan giliran. "Ayo, ke sini segera,“ kata boss saya, setelah terlebih dahulu memastikan nama saya ada di daftar vaksinasi Covid-19.

Baca juga: Terima Vaksin Covid-19, PM Singapura Serukan Warganya agar Divaksin

Tidak sampai menunggu lama, jarum halus itu menusuk lengan atas kiri saya. "Sakit?“ tanyanya, saya menggeleng.

Vaksinasi hal rutin bagi kami, perawat di panti jompo. Saban tahun, setiap memasuki musim dingin, kami dianjurkan untuk vaksinasi, khususnya vaksin untuk flu biasa. Begitu pandemi Covid-19 datang, dan vaksin ditemukan, kami pun mendapatkan anjuran serupa.

Saya pun mendaftar, meskipun vaksinasi sering menebarkan perdebatan di lingkungan pekerja medis. Saya tetap mendaftar, meskipun pekan lalu, ada yang meninggal setelah lima hari divaksin.

"Tanggung jawab moral sebagai pekerja medis, yang banyak bersentuhan dengan pasien berisiko tinggi,“ kata saya, ketika ada koran lokal bertanya.

Swiss cukup cepat mem-vaksin rakyat. Prioritas utama, mereka yang usianya di atas 75 tahun. Kedua, mereka yang berisiko tinggi karena penyakit akutnya, antara lain tekanan darah tinggi, diabetes atau tingkat kekebalan tubuhnya lemah. Ketiga, petugas kesehatan, seperti saya.

Swiss memulainya dari Provinsi Lucerne, di panti jompo, sejak 23 Desember lalu. Provinsi lain menyusul, namun prioritas tetap sesuai anjuran pemerintah federal Swiss.

Baca juga: MUI: Vaksin Covid-19 dari Sinovac Suci dan Halal

Tidak terlalu sakit ketika jarum halus itu ditusukkan ke lengan saya. Itu tadi, karena pengalaman. Cukup otot lengan dikendorkan, selesailah proses vaksin itu. Dan yang melakukan juga teman sendiri. Jadi lebih santai.

Hingga berita ini ditulis, 10 jam setelah vaksin Covid-19 itu masuk tubuh saya, tidak ada reaksi apa apa. Bekas suntikan, tentu ada rasa nyeri. Tapi itu biasa, sebagaimana vaksin vaksin lainnya. Gejala demam, kepala pusing, atau letih, sama sekali tidak ada.

Berbeda dengan masyarakat umum Swiss yang antusias untuk mendapatkan vaksin, pekerja medis juga agak ogah ogahan. Rata rata tidak sampai 20 persen rela divaksin.

Alasannya, macam macam. "Gaji kami sudah kecil, lalu disuruh vaksin yang belum jelas hasilnya, untuk apa,“ kata rekan sesama profesi. Atau alasan alasan klasik lainnya. Alergi atau tidak mau jadi kelinci percobaan.

Baca juga: KPK Ingatkan Potensi Penyimpangan Distribusi Vaksin Covid-19

Berbeda dengan Israel yang begitu cepat memvaksin penduduknya, Swiss tidak demikian. Meskipun terbilang lebih cepat dari Indonesia, Swiss tidak bisa cepat mem-vaksin banyak orang. Persediaan vaksin Covid-19, meski diproduksi perusahaan Swiss sendiri, tidak banyak.

"Jadi memang harus menunggu,“ begitu penjelasan BAG, Bundesamt fuer Gesundheit atau Departemen Kesehatan Swiss.

Pasien juga tidak bisa memilih vaksin produksi perusahaan apa yang akan didapatkannya. "Tidak ada pilihan lain. Kalau mau vaksin, ya harus menerima jenis vaksin yang dibagikan dari produksi perusahaan mana pun,“ jelas BAG.

Semua biaya vaksinasi gratis. Ongkosnya ditanggung asuransi, pemerintah daerah dan pusat. Masyarakat tinggal mendaftar saja, begitu waktunya tiba, ya divaksin dan tidak harus keluar ongkos apapun.

Setelah vaksinasi Covid-19 periode pertama, akan ada vaksinasi kedua. "Dua minggu lagi kira-kira,“ kata boss saya. Itu artinya, dua minggu lagi, lengan kiri atas saya, kembali akan ditusuk jarum halus berisi vaksin Covid-19.

Baca juga: BPOM Yakin Izin Penggunaan Darurat Vaksin Sinovac Terbit Sebelum 13 Januari 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com