Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Konglomerat China Berakhir Dipenjara Setelah Kritik Pemerintahnya, Ini Daftarnya

Kompas.com - 04/01/2021, 16:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Billioner asal China yang mendirikan dua perusahaan raksasa Alibaba dan Ant Group dikabarkan menghilang sejak dua bulan lalu.

Sebelumnya pada bulan November 2020, pemerintah China berhasil menjegal perusahaan keuangan online raksasa Ant Group miliknya melantai di bursa saham (IPO).

Jika rencana itu berhasil, peluncuran Ant Group ke pasar saham diperkirakan akan mencatatkan lebih dari 300 miliar dollar (Rp 4,1 kuadriliun).

Nilai itu melampaui rekor listing sebelumnya yang dipegang perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco tahun 2019 yang senilai 25 miliar dollar AS (Rp 375 triliun).

Namun kemudian, regulator China memanggil para eksekutif puncak Ant Group. Mereka diminta menghentikan IPO karena masalah kepatuhan.

Taipan China berusia 56 tahun itu kini telah merosot ke urutan ketiga dalam daftar kaya negara itu setelah mengkritik pihak berwenang dan menghilang dari acara TV-nya sendiri.

Baca juga: Jurnalis Warga China Dihukum 4 Tahun Penjara karena Siarkan Berita Covid-19

Kekayaannya turun dari 61,7 miliar dollar AS (Rp 866 triliun) pada Oktober, menjadi 51,2 miliar dollar AS (Rp 718 triliun). Penurunan itu disinyalir terjadi karena kerajaan Alibaba-nya menghadapi peningkatan pengawasan dari regulator China.

Jack Ma bukan satu-satunya bilioner yang harus berurusan dengan hukum setelah melayangkan kritik terhadap pemerintah China. Berikut taipan China yang sampai harus berakhir di bui karena alasan serupa:

1. Ren Zhiqiang

Taipan real estate China dan kritikus blak-blakan Presiden Xi Jinping, Ren Zhiqiang, dihukum penjara 18 tahun pada Selasa (22/9/2020), atas tuduhan korupsi.

Ren juga terjerat kasus penyuapan serta penggelapan dana publik, menurut pernyataan pengadilan yang dikutip AFP.

Ren dulunya pernah menjadi elite politik di lingkaran dalam Partai Komunis China. Ia sempat menghilang pada Maret, tak lama setelah menulis esai yang sangat kritis tentang penanganan Xi terhadap wabah virus corona.

Baca juga: Dituduh Hina Bendera China, Remaja Hong Kong Pro-demokrasi Terancam Penjara

Putusan menyatakan Ren menggelapkan dana publik hampir 50 juta yuan (Rp 108,8 miliar) dan menerima suap senilai 1,25 juta yuan (Rp 2,7 miliar), menurut pernyataan Pengadilan Rakyat Menengah No 2 Beijing.

Dikatakan bahwa pria 69 tahun itu "secara sukarela dan jujur mengakui semua perbuatannya", dan tidak akan mengajukan banding atas putusan pengadilan. Dia juga didenda 4,2 juta yuan (Rp 9,1 miliar).

Ren Zhiqiang, seorang taipan China yang menyebut Presiden Xi Jinping sebagai badut dan mengkritik penanganannya terhadap wabah virus corona dipenjara selama 18 tahun pada 22 September 2020 karena korupsi, penyuapan, dan penggelapan dana publik. AFP PHOTO via CNS Ren Zhiqiang, seorang taipan China yang menyebut Presiden Xi Jinping sebagai badut dan mengkritik penanganannya terhadap wabah virus corona dipenjara selama 18 tahun pada 22 September 2020 karena korupsi, penyuapan, dan penggelapan dana publik.

Namun para aktivis hak asasi manusia menuduh Xi dan Partai Komunis memanfaatkan tuduhan korupsi sebagai cara membungkam perbedaan pendapat.

Pengawas disiplin Partai Komunis meluncurkan penyelidikan terhadap Ren pada bulan April, dan persidangan dibuka di pengadilan Beijing pada 11 September dengan segelintir pendukung di luar dan banyak polisi.

Seorang pendukung mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendukung Ren karena dia "berani mengatakan kebenaran".

Esai Ren dari awal tahun ini, yang mengkritik Presiden China Xi Jinping, telah dihapus dari internet China. Otoritas China secara teratur menyensor konten yang menantang pihak berwenang.

Baca juga: Ren Zhiqiang Kritikus Xi Jinping Dipenjara 18 Tahun karena Korupsi

"Epidemi ini telah mengungkapkan fakta bahwa Partai dan pejabat pemerintah hanya peduli tentang melindungi kepentingan mereka sendiri, dan raja hanya peduli tentang melindungi kepentingan dan posisi inti mereka," tulis Ren, tanpa menyebut nama Xi dalam artikelnya yang sudah tersebar secara online di luar China.

Blognya yang berpengaruh di platform Weibo mirip Twitter menarik jutaan pengikut sebelum akunnya ditutup oleh pihak berwenang pada tahun 2016. Dia sebelumnya berulang kali menyerukan kebebasan pers yang lebih besar.

2. Jimmy Lai

Tokoh pro-demokrasi Hong Kong Jimmy Lai telah diperintahkan kembali ke penjara. Pengadilan tertinggi kota itu telah memutuskan seorang hakim mungkin keliru dalam memberikan jaminan kepadanya.

Pendiri Apple Daily dituduh berkonspirasi dengan pasukan asing untuk membahayakan keamanan nasional.

Pria berusia 73 tahun itu, menghabiskan minggu lalu dalam tahanan rumah setelah mendapatkan jaminan, tetapi jaksa mengajukan banding.

Dia sering melontarkan kritik keras terhadap China dan orang dengan profil tertinggi yang didakwa berdasarkan undang-undang keamanan kontroversial Hong Kong.

Lai telah keluar-masuk tahanan selama beberapa bulan terakhir. Pengadilan Banding Akhir menetapkan sidang jaminan berikutnya untuk 1 Februari setelah penuntut berpendapat bahwa hakim seharusnya tidak membebaskannya dengan jaminan.

Baca juga: Konglomerat Hong Kong Jimmy Lai Dijebloskan ke Penjara

Lai pertama kali ditangkap berdasarkan hukum pada Agustus setelah polisi menggerebek kantor pusat Apple Daily, tetapi dibebaskan dengan jaminan.

Namun, ia kembali ditahan pada 2 Desember, setelah ditolak jaminan atas tuduhan penipuan terpisah terkait dengan sewa gedung yang menampung surat kabar tersebut.

Dia didakwa berdasarkan undang-undang keamanan pada 11 Desember dan diberikan jaminan untuk kedua kalinya pada 23 Desember. Jaksa segera meminta izin untuk naik banding.

Bos besar media Hong Kong Jimmy Lae Chee-ying (tengah), ditangkap atas tuduhan kolusi dengan pasukan asing, pada Senin (10/8/2020). Pemilik media Apple Daily dan Next Magazine ini dijerat dengan hukum UU Keamanan Nasional.REUTERS/TYRONE SIU Bos besar media Hong Kong Jimmy Lae Chee-ying (tengah), ditangkap atas tuduhan kolusi dengan pasukan asing, pada Senin (10/8/2020). Pemilik media Apple Daily dan Next Magazine ini dijerat dengan hukum UU Keamanan Nasional.

Lai adalah salah satu pendukung gerakan pro-demokrasi yang paling menonjol di kota itu. Dia diperkirakan memiliki kekayaan lebih dari 1 miliar dollar AS (Rp 13,8 triliun).

Setelah mendapatkan kekayaan awalnya di industri pakaian, ia kemudian merambah ke media dan mendirikan Next Digital.

Next Digital menerbitkan Apple Daily, tabloid yang banyak dibaca yang sering mengkritik kepemimpinan Hong Kong dan Cina daratan.

Diwawancarai oleh BBC sebelum penangkapannya pada awal Desember, dia mengatakan tidak akan menyerah pada intimidasi.

"Jika mereka dapat menimbulkan rasa takut pada Anda, itulah cara termurah untuk mengendalikan Anda dan cara yang paling efektif dan mereka mengetahuinya. Satu-satunya cara untuk mengalahkan cara intimidasi adalah menghadapi rasa takut dan jangan biarkan hal itu membuat Anda takut. "

Baca juga: Esainya Sebut Xi Jinping Pemimpin Kejam, Profesor Hukum China Ditahan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com