Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Waldemar Haffkine dan Perjuangan Melawan Skeptisme Vaksin

Kompas.com - 19/12/2020, 21:23 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber BBC

"Anda harus memandikan pasien dan mengukusnya sampai mereka setengah mati, atau menyemprotkan asam karbol di mana-mana," kata Profesor Chakrabarti.

Tetapi pekerjaan Haffkine dan ilmuan lainya memberikan titik fokus pada manajemen penyakit ini, yaitu dengan melemahkan virus atau bakteri yang ada di dalam tubuh.

Seminggu setelah kesuksesannya dengan marmut di Paris, Haffkine mereplikasi hasilnya dengan kelinci dan kemudian merpati. Baru kemudian dia siap mengujinya pada manusia.

Awalnya, pada 18 Juli 1892, Haffkine mempertaruhkan nyawanya dengan menyuntik dirinya sendiri dengan kolera yang dilemahkan. Dia menderita demam selama beberapa hari, tetapi kemudian sembuh total.

Baca juga: Perawat New York Penerima Pertama Suntikan Vaksin Covid-19 Pfizer di AS

Uji coba vaksin berikutnya dilakukan pada tiga teman Rusia dan kemudian beberapa sukarelawan lainnya. Ketika masing-masing tidak mengalami reaksi yang lebih buruk, Haffkine yakin dia memiliki vaksin yang layak untuk pengujian yang lebih luas.

Baru pada 1893, Lord Frederick Dufferin yang saat itu menjadi duta besar Inggris di Paris dan mantan Raja Muda India, mendengar tentang situasi Haffkine dan menyarankan agar dia pergi ke Bengal.

Setelah percobaan Haffkine di desa Calcutta pada tahun berikutnya membuahkan hasil yang menjanjikan, dia diundang oleh pemilik perkebunan teh di Assam untuk memvaksinasi pekerjanya.

Terkikis skandal

Haffkine melakukan uji coba skala besar di sana pada ribuan pekerja perkebunan, tetapi pada musim gugur 1895 ia terjangkit malaria dan terpaksa kembali ke Inggris untuk memulihkan kesehatan.

Menurut catatannya, pada saat itu dia telah menginokulasi hampir 42.000 orang untuk melawan kolera.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer Timbulkan 2 Kasus Alergi, BPOM AS Revisi Lembar Fakta

Haffkine kemudian mencatat bahwa vaksinnya tampaknya memang mengurangi kasus, tapi vaksin itu tidak mengurangi kematian pada mereka yang terinfeksi.

Ketika dia kembali ke India pada 1896, dia berencana untuk mengatasi kekurangan ini dengan menguji formula kedua yang dia kembangkan.

Tapi ada masalah yang lebih mendesak di Bombay karena merebaknya wabah tetanus. Mencari vaksin untuk wabah baru ini, kemudian menjauhkan Haffkine dari kolera selamanya.

Karier peneliti dan penelitiannya meredup setelah penugasan terakhir melawan wabah tetanus itu diduga merenggut korban jiwa.

Pada 1902 di desa Mulkowal di Punjab, 19 orang meninggal karena tetanus setelah diinokulasi dengan vaksin Haffkine. Sebanyak 88 orang lainnya yang diinokulasi hari itu baik-baik saja.

Baca juga: Arab Saudi Umumkan Tiga Fase Pemberian Vaksin Covid-19

Semua bukti menunjukkan adanya kontaminasi fatal pada botol vaksin 53N, yang disiapkan 41 hari sebelumnya di lab Parel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com