Tiga grup Facebook ini semuanya aktif sejak awal tahun, ketika Libya dilanda konflik sipil. Mereka menggiring pesan yang pro-Putin kepada lebih dari 100.000 pengikut.
Saat itu, AS menuduh Rusia mengirim senjata ke tentara bayaran yang mendukung Tentara Nasional Libya. Klaim ini dibantah oleh Kremlin.
Kampanye yang lebih luas dengan konten yang sama memiliki halaman penggemar untuk Putin dengan lebih dari 27.000 pengikut.
Laporan Stanford menemukan modus yang biasanya digunakan. Yaitu dengan menggunakan Facebook Page berita dan hiburan yang memproklamirkan diri sebagai lokal, walaupun sebagian besar dikelola dari Rusia.
Baca juga: Pria di India Diarak Telanjang karena Tuduh Saudara-saudaranya Berbuat Kriminal di Facebook Live
Misalnya di negara-negara di mana Prigozhin telah berinvestasi besar-besaran dalam operasi penambangan. Facebook page palsu akan lebih berfokus pada manfaat membuka peluang pertambangan negara-negara tersebut bagi Rusia.
Seperti halnya di Sudan. Facebook Page berita asal Sudan palsu akan memuji bagaimana satu perusahaan penambangan Rusia telah memberikan bantuan Covid-19.
Prigozhin tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dia menganggap Facebook sebagai alat CIA.
Sementara juru bicara pertahanan Kedutaan Besar Perancis di AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.