Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Covid-19, 4 Maskapai Internasional Ini Dilarang Masuk Hong Kong

Kompas.com - 12/12/2020, 13:20 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Hong kong memberlakukan larangan sementara pada empat maskapai penerbangan internasional dari rute tertentu ke kotanya.

“Larangan ini dilakukan berdasarkan undang-undang baru untuk menghentikan penyebaran Covid-19,” kata pemerintah Hong Kong kepada CNN pada Jumat (11/12/2020).

Menurut pejabat Hong Kong, Penerbangan penumpang British Airways dari London ke Hong Kong telah dilarang dari 12 Desember hingga 25 Desember.

Itu dilakukan setelah ditemukan empat penumpang positif Covid dan satu penumpang yang gagal mematuhi persyaratan pencegahan pada penerbangan British Airways yang tiba di Hong Kong pada 8 Desember.

Hal itu menambah daftar larangan penerbangan ke kota itu pada Jumat (11/12/2020).

Baca juga: Hindari Kuman, Maskapai Penerbangan Jepang, ANA Uji Coba Gerendel Sikut Pintu Toilet Pesawat

Di bawah aturan baru yang ketat, pemerintah Hong Kong sekarang melarang British Airways, Emirates, KLM Royal Dutch Airlines, dan Nepal Airlines untuk terbang dengan rute tertentu ke Hong Kong selama 14 hari, dengan tanggal yang berbeda-beda menurut maskapai.

"Kami menyesal atas penangguhan sementara penerbangan penumpang kami dari London ke Hong Kong. Kami akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk melanjutkan layanan ini," kata British Airways dalam sebuah pernyataan.

Pihak penerbangan menyatakan telah menghubungi pelanggan untuk meminta maaf dan menawarkan opsi terbang dengan maskapai lain.

Ada juga opsi untuk tetap menggunakan jasa maskapai di kemudian hari atau menerima pengembalian uang penuh.

“Penerbangan kami dari Hong Kong ke London terus beroperasi seperti biasa," bunyi pernyataan itu.

Baca juga: Covid-19, Hong Kong dan Singapura Tangguhkan Rencana Travel Bubble

Menurut pernyataan pemerintah sejumlah rute maskapai yang dihentikan sebelumnya juga ditemukan memiliki satu atau lebih penumpang positif Covid-19.

Yaitu, penerbangan masuk dari Amsterdam yang dioperasikan oleh KLM Royal Dutch Airlines (27 November), penerbangan dari Kathmandu ke Hong Kong yang dioperasikan oleh Nepal Airlines (1 Desember).

Serta dua penerbangan ke Hong Kong dari Dubai melalui Bangkok yang dioperasikan oleh Emirates (2 dan 3 Desember).

Larangan itu diberlakukan ketika sebuah maskapai penerbangan membawa lebih dari lima penumpang positif Covid-19, seperti kasus penerbangan Nepal Airlines pada 1 Desember, di mana enam penumpang dinyatakan positif pada saat kedatangan.

Larangan ini juga berlaku bagi maskapai yang mengoperasikan dua penerbangan berturut-turut ke Hong Kong yang membawa penumpang positif Covid-19, seperti halnya Emirates yang membawa empat kasus ke Hong Kong pada 2 Desember dan tiga kasus pada 3 Desember.

Baca juga: Kesal Penerbangan Tertunda, Penumpang Keroyok dan Pukuli Staf Maskapai AS

Penerbangan yang dioperasikan oleh KLM dari Amsterdam ke Hong Kong pada 27 November hanya memiliki satu penumpang positif Covid-19, tetapi juga ditambahkan ke daftar hitam 14 hari oleh pemerintah Hong Kong.

Pemerintah mengatakan berhak memblokir rute selama 14 hari jika penumpang di pesawat yang membawa Covid-19 gagal mematuhi langkah-langkah pengendalian pandemi.

Pemerintah Hong Kong mengatakan bahwa rute KLM Amsterdam-Hong Kong dan Nepal Airlines 'Kathmandu akan dihentikan hingga 17 Desember.

Sementara Emirates tidak akan dapat terbang ke Hong Kong dari Dubai atau Bangkok hingga 18 Desember.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com