Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vietnam Catat Rekor Tertinggi Pemenjaraan Aktivis

Kompas.com - 01/12/2020, 11:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Reuters

 HANOI, KOMPAS.com - Amnesti Internasional menyatakan, jumlah aktivis yang dipenjara di Vietnam mencapai rekor tertinggi pada Selasa (01/12/2020).

Dalam laporan tersebut Amnesti Internasional, juga menuding media sosial seperti Facebook dan Google melakukan sensor di negara Asia Tenggara.

Disebutkan setidaknya ada 170 tahanan politik di Vietnam. Sekitar 70 tahanan di antaranya saat ini menjalani hukuman penjara untuk aktivisme daring, terutama di Facebook dan YouTube.

Baca juga: Aktivis Wanita Arab Saudi Dipenjara, Disiksa, dan Diadili ala Teroris

"Setelah harapan besar untuk perluasan kebebasan berekspresi di negara itu, platform media sosial dengan cepat menjadi zona bebas hak asasi manusia, di mana setiap perbedaan pendapat atau kritik damai terhadap pemerintah Vietnam dapat disensor," kata laporan itu.

Jumlah tahanan kemanusiaan di Vietnam ini adalah yang tertinggi, sejak lembaga asal London itu mulai menerbitkannya pada 1996, kata seorang juru bicara Amnesti kepada Reuters.

Amnesti mendefinisikan tahanan kemanusiaan sebagai orang yang tidak pernah menggunakan atau menganjurkan kekerasan. Tetapi mereka justru dipenjara karena identitas atau kepercayaan mereka.

Kementerian luar negeri Vietnam, yang menangani pertanyaan dari media asing, tidak menanggapi permintaan komentar.

Meski Hanoi tengah melakukan reformasi ekonomi dan menunjukan keterbukaan terhadap perubahan sosial, Partai Komunis Vietnam yang berkuasa mempertahankan kontrol ketat terhadap media juga mentolerir sedikit oposisi.

Jelang pertemuan penting Partai tahun depan, diketahui pemerintah Vietnam telah mengintensifkan tindakan keras pada warga yang dianggap pembangkang dan aktivis online.

Bulan lalu, Reuters melaporkan bahwa Vietnam telah mengancam akan menutup Facebook secara lokal jika tidak setuju untuk menyensor lebih banyak konten politik.

Pemerintah Vietnam mengatakan pada saat itu bahwa Facebook harus mematuhi undang-undang setempat.

Sebelumnya, aktivis Vietnam dalam wawancara mengatakan bahwa postingan mereka telah disensor. Terkait hal itu, Amnesti Internasional dalam laporannya menilai raksasa media sosial AS tidak berbuat cukup dalam menahan tekanan pemerintah untuk menyensor unggahan.

Baik Facebook dan Google mengatakan bahwa mereka hanya membatasi akses ke konten jika melanggar hukum setempat.

Salah satu undang-undang yang dimaksud adalah Pasal 117, yang melarang warga negara Vietnam untuk "membuat, menyimpan, atau menyebarkan" materi anti-negara.

Baca juga: Aktivis Milenial Hong Kong Mengaku Bersalah dalam Aksi Protes 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Global
Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Global
Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Internasional
Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com