Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kalinya dalam 2 Tahun, Pasal Penghinaan Raja Akan Dipakai Polisi Thailand

Kompas.com - 25/11/2020, 13:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BANGKOK, KOMPAS.com - Polisi Thailand telah memanggil tujuh pemimpin aksi protes anti-pemerintah untuk menghadapi tuduhan menghina monarki, sehari sebelum rencana demonstrasi yang digelar untuk menuntut Raja menyerahkan kendali kekayaan kerajaan.

Ini pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun terakhir dakwaan diajukan berdasarkan apa yang disebut hukum lese majeste terkait penghinaan terhadap keluarga kerajaan.

Melalui hukum tersebut, siapa pun yang terbukti bersalah bisa menghadapi hukuman 15 tahun penjara.

Protes yang dimulai pada bulan Juli terhadap Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha semakin berkembang menjadi tuntutan untuk membatasi kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn, menabrak tabu lama dalam kritik terhadap monarki.

Salah satu dari tujuh orang tersebut, Parit "Penguin" Chiwarak, mengatakan keluarganya telah menerima panggilan lese majeste di samping dakwaan lainnya.

Baca juga: Raja Thailand Bisa Diusir Jika Terbukti Memerintah dari Jerman

"Langit-langit sudah rusak. Tidak ada yang bisa menahan kami lagi," tulisnya di Twitter.

Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dakwaan tersebut akan mengungkap kebrutalan sistem feodal Thailand kepada dunia.

Orang lain yang termasuk dalam tujuh orang tersebut adalah pengacara hak asasi manusia Arnon Nampa, yang menjadi orang pertama yang menyerukan reformasi kerajaan pada 3 Agustus, dan Panusaya "Rung" Sithijirawattanakul, seorang pemimpin mahasiswa yang mengajukan 10 tuntutan untuk reformasi kerajaan.

Tidak ada yang segera bersedia untuk dimintai komentar.

Sumber polisi, yang menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang berbicara dengan media, mengatakan para pemimpin protes memiliki waktu hingga 30 November untuk mengakui tuduhan atas komentar yang dibuat dalam aksi protes pada 19 dan 20 September.

Pengacara Thailand untuk Hak Asasi Manusia mengatakan kepada Reuters bahwa polisi telah memberi tahu kuasa hukum para pemimpin protes.

Baca juga: India, Thailand, dan Singapura Gelar Latihan Maritim Gabungan di Laut Andaman

Para pengunjuk rasa mengubah lokasi demonstrasi yang sudah direncanakan

Panggilan itu datang sehari sebelum pengunjuk rasa mengatakan mereka akan mendatangi kantor yang mengelola kekayaan kerajaan untuk menuntut raja menyerahkan kendali pribadi atas aset tersebut.

Alih-alih menggelar aksi ke Crown Property Bureau, di mana polisi telah mendirikan barikade dan berencana untuk mengerahkan hampir 6.000 petugas, tempat itu diubah pada Selasa (24/11/2020) malam.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka sekarang akan bertemu di markas besar Siam Commercial Bank, di mana raja memiliki saham lebih dari 23 persen, yang merupakan bagian dari aset kerajaan senilai puluhan miliar dollar AS.

"Mari kita rebut kembali properti yang seharusnya menjadi milik rakyat," kata kelompok protes FreeYouth.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com