Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Etiopia-Tigray: Apa Pemicunya dan Apa yang Sedang Terjadi?

Kompas.com - 20/11/2020, 21:12 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

ADDIS ABABA, KOMPAS.com - Konflik antara pemerintah Etiopia dan pasukan bersenjata Tigray yang terletak di sebelah utara negara tersebut semakin memanas.

Pertempuran telah terjadi selama hampir dua pekan, menyebabkan destabilisasi di negara Afrika Timur yang padat penduduk itu. Ratusan orang dilaporkan meninggal dunia.

Perebutan kekuasaan, pemilihan umum, dan tuntutan reformasi politik adalah sejumlah faktor yang menyebabkan krisis tersebut.

BBC akan menjelaskan apa penyebab dan bagaimana konflik ini berkobar.

Baca juga: Konflik Etiopia: 3 Roket Ditembakkan dari Tigray ke Ibu Kota Wilayah Amhara

Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed Ali mulai menjabat pada 2018, setelah protes anti-pemerintah terjadi di negara tersebut selama bertahun-tahun.REUTERS via BBC INDONESIA Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed Ali mulai menjabat pada 2018, setelah protes anti-pemerintah terjadi di negara tersebut selama bertahun-tahun.
Penjelasan
versi pendek

Konflik berawal pada 4 November, saat Perdana Menteri Etiopia, Abiy Ahmed, memerintahkan serangan militer terhadap pasukan regional di Tigray.

Ia beralasan, serangan itu adalah respons atas serangan pada perumahan militer untuk pasukan pemerintah di Tigray.

Eskalasi ini terjadi setelah pemerintahan Abiy dan pemimpin partai politik yang dominan di Tigray berseteru selama berbulan-bulan.

Selama nyaris 30 tahun, partai politik ini berada di pusat kekuasaan, sampai Abiy menjabat pada 2018 menyusul demonstrasi anti-pemerintah.

Abiy menginginkan reformasi, namun Tigray melawan, sehingga terjadilah krisis politik.

Baca juga: Pernah Jatuh di Indonesia dan Etiopia, Boeing 737 MAX Bisa Terbang Lagi di AS

Penjelasan dalam versi sedang

Akar dari krisis ini adalah sistem pemerintahan Etiopia.

Sejak 1994, Etiopia memiliki sistem federal sehingga kelompok-kelompok etnis berbeda mengontrol 10 wilayah.

Partai politik terkuat di Tigray, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), punya andil dalam membentuk sistem ini.

TPLF adalah pemimpin dari koalisi empat partai yang memerintah Etiopia sejak 1991, ketika rezim militer digulingkan.

Di bawah koalisi ini, Etiopia menjadi lebih makmur dan stabil. Namun kekhawatiran akan hak asasi manusia dan level demokrasi di negara tersebut terus bermunculan.

Pada akhirnya, ketidakpuasan ini berubah menjadi protes, yang mengarah pada reshuffle pemerintahan yang menobatkan Abiy menjadi perdana menteri.

Baca juga: Kronologi Konflik Etiopia-Tigray: Warga Sipil Dibantai, 25.000 Orang Mengungsi

Abiy yang seorang liberal membentuk partai baru (Partai Kemakmuran), dan memecat para pemimpin pemerintahan dari Tigray yang dituduh melakukan korupsi dan penindasan.

Sementara itu, Abiy berhasil menyelesaikan perselisihan wilayah yang berlarut-larut antara Etiopia dengan negara tetangganya Eritrea, membuatnya diganjar penghargaan Nobel Perdamaian pada 2019.

Tigray, wilayah di ujung utara Ethiopia, menjadi pusat konflik.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Tigray, wilayah di ujung utara Ethiopia, menjadi pusat konflik.
Ini membuat Abiy semakin populer, namun menyebabkan kegelisahan bagi para pengkritiknya di Tigray.

Para pemimpin Tigray memandang reformasi yang dilakukan Abiy sebagai usaha untuk memusatkan kekuasaan dan menghancurkan sistem federal Etiopia.

Perselisihan mereka mengemuka pada September. Tigray menentang keputusan pemerintah pusat dan menggelar pemilihan umum regional sendiri. Pemerintah pusat, yang memutuskan menunda pemilu nasional karena pandemi, berkata pemilu regional Tigray ilegal.

Perpecahan mulai panas pada Oktober, ketika pemerintah pusat menangguhkan pendanaan dan memutuskan hubungan dengan Tigray. Pemerintah daerah Tigray mengatakan sikap pemerintah pusat sama saja dengan "mendeklarasikan perang".

Tensi meningkat. Lantas, dalam apa yang disebut oleh lembaga International Crisis Group sebagai langkah "tiba-tiba dan dapat diprediksi" menciptakan konflik, Abiy berkata Tigray telah melewati "batas".

Dia menuduh pasukan bersenjata Tigray menyerang pangkalan militer untuk mencuri senjata.

"Oleh karena itu, pemerintah federal terpaksa melakukan konfrontasi militer," kata Abiy.

Baca juga: Pria Bersenjata Serang Bus Berisi Penumpang di Etiopia, 34 Orang Tewas

Penjelasan versi panjang

Etiopia, negara merdeka tertua di Afrika, telah mengalami banyak perubahan sejak Abiy berkuasa.

Abiy yang berasal dari Suku Oromo, kelompok etnis terbesar di Etiopia, mengemukakan reformasi politik, persatuan, dan rekonsiliasi dalam pidato pertamanya sebagai perdana menteri.

Agenda Abiy ini dipicu oleh tuntutan para demonstran yang merasa kelompok elite Etiopia menghalangi transisi negara tersebut menjadi negara demokrasi.

Demo menentang koalisi pemerintahan di Etiopia telah berjalan selama bertahun-tahun.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Demo menentang koalisi pemerintahan di Etiopia telah berjalan selama bertahun-tahun.
Para politisi dari Tigray yang memimpin koalisi pemerintahan selama 27 tahun dipandang sebagai bagian dari masalah.

Pada 1970-an dan 1980-an, Partai TPLF berada di garis depan dalam perang untuk merebut pemerintahan dari junta militer yang dikenal dengan nama Derg. Partai ini sukses, lalu menjadi pemimpin dalam pemerintahan koalisi yang mengambil alih kekuasaan pada 1991.

Koalisi ini memberikan otonomi pada daerah-daerah Etiopia, namun mengawasi dengan ketat pemerintah pusat. Beberapa kritik menyebut mereka menekan para politisi dari pihak oposisi.

Peta wilayah Etiopia dan Tigray.BBC INDONESIA Peta wilayah Etiopia dan Tigray.
Kini, partai tersebut berbalik menjadi oposisi.

Pada 2019, TPLF menolak terlibat dalam pemerintahan baru dan bergabung dengan Partai Kemakmuran pimpinan Abiy.

Penghinaan ini berlanjut dengan eskalasi.

Keputusan Tigray untuk mengadakan pemilihan umum sendiri pada September, misalnya, adalah tindakan pembangkangan terhadap pemerintah pusat yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

Sejak itu, kedua pemerintahan saling menuduh "tidak sah" satu sama lain.

Tigray mengatakan pemerintah pusat belum pernah teruji dalam pemilu nasional sejak penunjukan Abiy sebagai perdana menteri.

Baca juga: Jet Tempur Etiopia Bombardir Wilayah Tigray, Perang Saudara Dikhawatirkan Meletus

Ribuan orang mengungsi akibat konflik di Tigray, Etiopia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ribuan orang mengungsi akibat konflik di Tigray, Etiopia.
Tigray juga mencemooh Abiy atas persahabatan "tak bermoral"-nya dengan Presiden Eritrea Isaias Afwerki.

Sebelumnya, Tigray dan Pemerintah Eritrea telah sejak lama bermusuhan. Keduanya berbagi perbatasan.

Perselisihan atas wilayah perbatasan ini adalah penyebab perang antara Etiopia dan Eritrea dari 1998 sampai 2000.

Anda mungkin mengingat perang ini menjadi berita besar pada 2018.

Di tahun yang sama, Abiy menandatangani kesepakatan damai dengan Pemerintahan Eritrea, yang mengakhiri percekcokan teritorial tersebut.

Setahun kemudian, Abiy memenangi penghargaan Nobel Perdamaian. Tapi sekarang, yang membuat Etiopia kembali diperhatikan dunia bukanlah perdamaian, melainkan perang.

Abiy Ahmed Ali menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada 2019 atas perannya mengakhiri pertikaian teritorial antara Ethiopia dengan Eritrea.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Abiy Ahmed Ali menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada 2019 atas perannya mengakhiri pertikaian teritorial antara Ethiopia dengan Eritrea.
Ribuan masyarakat sipil mengungsi sejak 4 November, ketika Abiy memerintahkan pasukan militer menyerang Tigray. Ratusan lainnya dilaporkan tewas, dan informasi adanya pembunuhan terhadap warga sipil mengemuka.

Dengan komunikasi yang sebagian besar terputus di Tigray, jumlah pasti korban masih tidak jelas.

Pemerintah Etiopia mengumumkan keadaan darurat nasional selama enam bulan di Tigray. Namun perang sipil yang meledak di sana bisa berlangsung lebih lama lagi.

"Dengan kekuatan pasukan keamanan Tigray, konflik ini bisa berlarut-larut," ujar International Crisis Group, sebuah organisasi nirlaba.

"Tigray memiliki kekuatan paramiliter besar dan milisi lokal yang sangat terlatih. Jika kekuatan ini digabung, kemungkinan jumlah pasukan mencapai 250.000 tentara."

Sebagai negara terpadat kedua di Afrika, Etiopia sangat penting bagi stabilitas Tanduk Afrika.

Jika konflik terus memanas, ada kekhawatiran negara-negara di sekitarnya akan terkena dampak. Saat ini saja, sudah ada laporan tentang misil yang ditembakkan ke Eritrea dan 27.000 pengungsi melarikan diri ke Sudan.

Ada pula ketakutan bahwa konflik ini akan memperuncing tensi antaretnis di bagian lain Etiopia.

Baca juga: Pertempuran Hebat Dilaporkan Meletus di Etiopia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com