SUMATRA, KOMPAS.com - Media Amerika Serikat (AS) Associated Press (AP) pada Kamis (19/11/2020) mengabarkan betapa kejam dan buruknya kehidupan para pekerja perempuan di lahan sawit Indonesia dan Malaysia.
AP melakukan investigasi komprehensif pertama yang berfokus pada perlakuan brutal terhadap perempuan dalam produksi minyak sawit.
Termasuk momok tersembunyi pelecehan dan kekerasan seksual, baik itu pelecehan verbal, ancaman dan pemerkosaan.
Penyelidikan ini mengungkap bagaimana industri besar memiliki pelanggaran yang meluas baik di Indonesia maupun Malaysia.
Tak hanya kebrutalan terhadap pekerja perempuan, perdagangan manusia, pekerja anak dan perbudakan juga ditemukan dalam penyelidikan.
Baca juga: AS Akan Blokir Minyak Sawit dari Produsen Besar Malaysia
Seorang gadis berusia 16 tahun bercerita, bagaimana dia diperkosa. Dengan tangan menutup mulutnya erat, dia tidak bisa berteriak.
Toh, tidak ada orang di sekitar yang bisa mendengarnya, kenang gadis itu. Dia menuturkan bagaimana bosnya memperkosanya di tengah pepohonan tinggi di perkebunan kelapa sawit Indonesia yang menjadi sumber beberapa merek kosmetik paling terkenal di dunia.
Bosnya itu kemudian meletakkan kapak di tenggorokannya, mengancam: Jangan bilang siapa-siapa.
Sementara di perkebunan lain, seorang perempuan bernama Ola mengeluhkan sakit demam, batuk dan mimisan setelah bertahun-tahun menyemprot pestisida berbahaya tanpa alat pelindung.
Dalam sehari, penghasilannya hanya mencapai sekitar Rp28.000. Dia tidak diberi fasilitas kesehatan, begitupun tak mampu pergi ke dokter.
Sementara dari ratusan kilometer jauhnya dari Ola, seorang wanita muda yang baru saja berduka keguguran bayinya yang kedua di trimester ketiga masih terus dipaksa bekerja.
Kegugurannya itu dia alami karena secara teratur membawa beban beberapa kali berat tubuhnya selama kehamilan.
Khawatir, dia akan dipecat jika tidak melakukannya.
Baik gadis yang diperkosa, Ola yang sakit karena pestisida maupun wanita muda yang keguguran bayinya dua kali, mereka hanya sedikit dari jutaan perempuan (baik anak, wanita dewasa dan lansia) yang bekerja di perkebunan besar kelapa sawit Indonesia dan Malaysia.
Kedua negara di Asia Tenggara ini sama-sama menghasilkan 85 persen minyak nabati paling serbaguna di dunia.