Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investigasi Media AS di Perkebunan Sawit Indonesia-Malaysia: Pemerkosaan dan Pelecehan Lain Marak Menimpa Pekerja Wanita

Kompas.com - 19/11/2020, 07:45 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Minyak kelapa sawit ditemukan dalam segala produk, mulai dari keripik kentang, pil obat sampai makanan hewan. 

Tak hanya itu, minyak kelapa sawit juga berakhir dalam rantai pasokan beberapa nama besar bisnis kecantikan senilai 530 miliar dollar AS (sekitar Rp7,5 kuadriliun). 

Beberapa merek produk kecantikan itu seperti  L'Oréal, Unilever, Procter & Gamble, Avon dan Johnson & Johnson.

Brutalnya kehidupan para wanita di lahan kelapa sawit

Para pekerja wanita dibebani dengan beberapa pekerjaan sulit dan berbahaya di industri minyak sawit.

Mereka menghabiskan berjam-jam di air yang tercemar oleh limpasan bahan kimia, mebawa beban sangat berat sampai-sampai merusak rahim mereka.

Banyak dari mereka tidak mendapat tunjangan apapun, padahal mereka telah bekerja untuk perusahaan yang sama selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.

Tanpa bayaran, mereka sering bekerja demi membantu suami demi keberlangsungan hidup.

Hotler Parsaoran dari kelompok nirlaba Indonesia Sawit Watch mengatakan kepada AP, "Hampir setiap perkebunan [sawit] memiliki masalah terkait perburuhan."

"Tapi kondisi pekerja perempuan jauh lebih buruk daripada laki-laki," imbuhnya.

Baca juga: Investigasi Ungkap Perusahaan Korsel Bakar Hutan Papua untuk Perluasan Lahan Sawit

Siapa yang harus bertanggung jawab?

Menurut Parsaoran, ini merupakan tanggung jawab pemerintah, pengembang lahan, pembeli multinasional besar dan bank yang turut mendanai ekspansi perkebunan.

Pihak-pihak itu harusnya bertanggung jawab atas masalah terkait minyak sawit yang telah terdaftar di bawah lebih dari 200 nama besar produk kecantikan, mulai dari maskara sampai mandi busa dan krim anti keriput.

AP telah mewawancarai lebih dari 30 perempuan dan anak perempuan dari setidaknya 12 perusahaan di seluruh Indonesia dan Malaysia yang berkaitan dengan sawit.

Para informan bertemu dengan wartawan AP secara diam-diam di dalam barak mereka atau di hotel, kedai kopi, atau bahkan gereja.

Kadang sampai larut malam, dan biasanya tidak ditemani satu orang laki-laki pun sehingga mereka bisa berbicara blak-blakan.

Pemerintah Malaysia mengatakan bahwa mereka belum menerima laporan tentang pemerkosaan di perkebunan, namun Indonesia mengakui adanya pelecehan fisik dan seksual sebagai masalah yang berkembang dengan para korban sebagian besar takut berbicara.

Selain para wanita pekerja, wartawan AP juga telah mewawancarai hampir 200 pekerja lainnya, termasuk aktivis, pejabat pemerintah dan pengacara termasuk beberapa orang yang membantu para gadis dan wanita yang terperangkan untuk bisa melarikan diri. 

Sesuatu yang membuktikan dengan tegas bahwa pelecehan memang sering terjadi.

Baca juga: Sorot Lahan Sawit Renggut Pangan Suku Papua, Disertasi Ini Jadi yang Terbaik di Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com