Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Konflik Etiopia-Tigray: Warga Sipil Dibantai, 25.000 Orang Mengungsi

Kompas.com - 17/11/2020, 21:46 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

ADDIS ABABA, KOMPAS.com - Bentrokan di Etiopia dengan partai yang berkuasa di wilayah utara negara tersebut berawal dari protes massa yang menggulingkan pemerintah yang sebelumnya didominasi oleh etnis Tigray pada tahun 2018.

Dilihat dari besaran jumlah penduduk, etnis Tigray memang hanya berjumlah 6 persen dari keseluruhan populasi Etiopia. Namun mereka telah mendominasi politik nasional di negara itu selama hampir tiga dekade hingga protes terjadi.

Akan tetapi keadaan ini berubah ketika Abiy Ahmed menjadi Perdana Menteri Etiopia pada April 2018.

Baca juga: Pria Bersenjata Serang Bus Berisi Penumpang di Etiopia, 34 Orang Tewas

Ia adalah perdana menteri pertama yang berasal dari kelompok etnis Oromo, yang merupakan kelompok etnis terbesar di negara itu. Etnis Tigray pun kehilangan pos di kabinet dan kehilangan beberapa pos militer di posisi utama.

Sementara itu, etnis Oromos dan Amharas, yang merupakan kelompok etnis terbesar kedua di Etiopia, serta kelompok lainnya telah lama merasa terpinggirkan.

Eskalasi konflik selepas terima Hadiah Nobel

Perdana Menteri Abiy memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada Oktober 2019 karena berhasil menciptakan perdamaian dengan Eritrea, dan mengakhiri kebuntuan pahit yang terjadi sejak perang di perbatasan kedua negara dari tahun 1998 hingga 2000. Tetapi keadaan di dalam negeri sendiri menjadi agak rumit.

Baca juga: Konflik Ethiopia Meluas ke Luar Negeri, Roket Hantam Ibu Kota Eritrea

Pengungsi melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray, Etiopia, menuju Sudan. Foto diambil pada 14 November 2020.REUTERS/EL TAYAEB SIDDIG via DW INDONESIA Pengungsi melarikan diri dari konflik di wilayah Tigray, Etiopia, menuju Sudan. Foto diambil pada 14 November 2020.
Beberapa minggu setelah Abiy meraih Nobel, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menolak bergabung dengan partai baru yang dipimpin Abiy, dan mengeluh bahwa mereka telah dianaktirikan dan menjadi sasaran yang tidak adil dalam penyelidikan korupsi.

Para pemimpin TPLF kembali ke wilayah mereka. Abiy pun menuduh mereka telah mencoba mengguncang stabilitas negara.

Pada Agustus 2020, pemilihan umum yang telah ditetapkan terpaksa ditunda akibat wabah virus corona meskipun ada protes dari pihak oposisi.

Tidak ada tanggal baru yang ditetapkan sebagai tanggal penyelenggaraan pemilu. Tigray pun menentang Abiy dengan menggelar pemilu sendiri pada 9 September.

Baca juga: Jet Tempur Etiopia Bombardir Wilayah Tigray, Perang Saudara Dikhawatirkan Meletus

Pemerintah di ibu kota Etiopia, Addis Ababa, lantas mencap tindakan pemerintah Tigray ini sebagai langkah yang melanggar hukum. Sementara para pemimpin etnis Tigray tidak lagi mengakui pemerintahan Abiy.

Sebagai akibatnya, dana federal untuk wilayah Tigray kemudian dipotong, yang menurut TPLF "sama saja sebagai tindakan perang."

Pada 4 November, Abiy memerintahkan dilakukannya respons militer atas serangan "pengkhianat" di kamp-kamp tentara federal di Tigray.

Namun TPLF menyangkal bertanggung jawab atas serangan-serangan ini dan mengatakan bahwa serangan itu adalah dalih untuk melakukan "invasi".

Dua hari kemudian Abiy memecat kepala militer, yang petingginya banyak terdiri dari etnis Tigray. Pada 9 November, Etiopia melakukan serangan udara di Tigray, dengan Abiy mengatakan operasi akan segera berakhir.

Baca juga: Pertempuran Hebat Dilaporkan Meletus di Etiopia

Khawatir picu konflik regional

Sebagai akibat dari eskalasi konflik tersebut, ribuan pengungsi melarikan diri ke negara tetangga di Sudan. Mengikuti langkah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), persatuan Uni Afrika juga menuntut diakhirinya pertempuran ini.

Arus pengungsi terus membengkak menjadi hampir 25.000 jiwa. Pada 12 November, Amnesty International mengatakan banyak warga sipil tewas dalam pembantaian yang menurut saksi mata dilakukan oleh pasukan yang setia kepada pemerintah Tigray. TPLF menyangkal keterlibatan mereka.

Keesokan harinya, PBB menyerukan penyelidikan atas "kejahatan perang" di wilayah tersebut, dan malam harinya Tigray menembakkan "rudal" ke dua bandara yang diklaim digunakan oleh militer Etiopia di negara bagian Amhara.

Pada Sabtu (14/11/2020), Tigray mengancam akan melancarkan serangan rudal di Asmara, ibu kota Eritrea yang dituduh telah membantu pasukan federal Etiopia.

Daerah sekitar bandara Asmara pada malam harinya pun dilanda sejumlah serangan roket yang memicu kekhawatiran akan konflik regional.

Pada Minggu (15/11/2020), Presiden Tigray, Debretsion Gebremichael, mengeklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Baca juga: 3 Negara Rebutan Sungai Nil, Polemik Bendungan GERD Makin Kusut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com