WINA, KOMPAS.com - Pemerintah Austria telah menyetujui berbagai langkah anti-terorisme setelah serangan mematikan di ibu kota, Wina terjadi pada pekan lalu.
Langkah tersebut mencakup kemampuan untuk mengamankan individu yang dihukum karena pelanggaran "teror" di balik jeruji besi seumur hidup.
Lalu, akan dilakukan pengawasan elektronik terhadap orang-orang yang telah bebas dari hukuman karena pelanggaran terkait teror.
Lebih lanjut, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (11/11/2020), pemerintah Austria akan mengkriminalisasi tindakan yang bermotif agama dan politik ekstrem.
Kanselir Sebastian Kurz mengatakan pada Rabu (11/11/2020) bahwa pemerintah juga berencana untuk menyederhanakan proses penutupan asosiasi atau masjid yang dianggap berperan dalam "radikalisasi".
Baca juga: Teror di Perancis, Macron Perkuat Kendali di Perbatasan
Selain itu, memungkinkan publik untuk melaporkan potensi aktivitas kekerasan di platform online. Pusat pendaftaran imam juga akan dibuat.
"Dalam perang melawan politik Islam, dasar ideologis di baliknya (teror) kami akan membuat tindak pidana yang disebut 'Islam politik', agar dapat bergerak melawan mereka yang bukan teroris, tetapi sedang mempersiapkan landasan untuk itu," kata Kurz kepada wartawan setelah rapat kabinet.
Langkah-langkah yang direncanakan, yang akan dibawa ke parlemen pada Desember untuk pemungutan suara, juga menyerukan penahanan preventif bagi orang-orang yang diyakini melakukan tindakan teror.
Kurz mengatakan bahkan jika orang-orang telah menjalani hukuman mereka untuk kejahatan semacam itu, tetapi belum terlihat ada deradikalisasi sepenuhnya, "kami akan memungkinkan untuk mengisolasi orang-orang itu untuk melindungi publik."
Baca juga: Teror Penembakan di Wina, 14 Tersangka Ditahan
Dalam beberapa kasus, orang yang baru saja dibebaskan akan diawasi dengan gelang atau gelang kaki elektronik, tambah Kurz, tanpa menjelaskan secara pasti kapan metode khusus ini akan digunakan, atau kapan penahanan preventif akan diterapkan.
Partai Hijau, yang kini berkoalisi dengan Partai Rakyat Kurz (OeVP), sebelumnya telah mengkritik konsep penahanan preventif saat menjadi oposisi.
Pada 2 November, terjadi penyerangan yang menewaskan 4 orang dan pelakunya telah ditembak mati oleh polisi dalam proses penangkapannya.
Dua puluh orang lainnya, termasuk seorang petugas polisi, terluka dalam kejadian itu.
Baca juga: Wina Diguncang Teror Penembakan, 1 Tewas dan 15 Orang Luka-luka
Pihak berwenang di Austria telah mengidentifikasi tersangka adalah Kujtim Fejzulai yang berusia 20 tahun.
Fejzulai berkewarganegaraan ganda, yaitu Austria dan Makedonia Utara, yang mencoba bergabung dengan ISIS di Suriah dan telah dibebaskan lebih awal pada Desember.
Penyelidikan telah diluncurkan untuk mengetahui mengapa Austria tidak mengamati Fejzulai, meskipun diberi tahu oleh pihak berwenang Slovakia bahwa ia telah mencoba membeli amunisi di sebuah toko di Bratislava pada Juli.
Proposal anti-terorisme pemerintah juga mencakup rencana untuk melucuti kewarganegaraan Austria mereka yang dihukum karena tindak pidana terorisme.
Baca juga: 3 Terdakwa Aksi Teror 2015 Positif Corona, Sidang Charlie Hebdo Ditunda
Pada Senin, hampir 1.000 polisi dan petugas dinas intelijen menggerebek rumah, bisnis, dan asosiasi yang diduga terkait dengan Ikhwanul Muslimin dan Hamas.
Dalam tindakan itu polisi menyita jutaan euro dalam bentuk tunai di 4 provinsi.
Jaksa penuntut bersikeras bahwa penggerebekan itu tidak ada hubungannya dengan serangan pada pekan lalu, tetapi merupakan hasil dari penyelidikan yang berlangsung lebih dari setahun.
Serangan di Wina itu menyusul serangan di Nice, Perancis, di mana 4 orang tewas.
Setelah beberapa serangan, Perancis juga mulai menutup masjid dan menindak organisasi yang diduga menyebarkan kebencian.
Namun, ada kekhawatiran dari berbagai tindakan pemerintah Eropa itu bersifat hukuman kolektif dan meningkatkan Islamofobia, terutama karena BarakaCity, sebuah lembaga amal terkemuka, dibubarkan pada akhir Oktober.
Baca juga: Dapat Stigma akibat Teror di Perancis, Umat Islam Merasa Tertekan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.